body { font: normal normal 12px 'Roboto', sans-serif; color: #000000; background: #FFF none repeat scroll top left; } .header-button { display: block; height: 60px; line-height: 60px; background: #010048; }

Dukun Cilik, Batu Bicara dan Biaya Rumah Sakit

ini Rumah Sakit atau Hotel?Rakyat desa apa bisa menjangkau Rumah Sakit ini? Kepercayaan pada pengobatan alternatif ala Ponari asal Jombang...

ini Rumah Sakit atau Hotel?Rakyat desa apa bisa menjangkau Rumah Sakit ini?

Kepercayaan pada pengobatan alternatif ala Ponari asal Jombang, Siti Rohmah, Dewi dan Rido’i asal Madura merupakan wujud kongkrit ketidakberdayaan ekonomi masyarakat sehingga akal sehatnya terpedaya dan hilang. Konon, Ponari mendapatkan batu ajaib setelah nyaris di sambar petir; Siti Rohmah memiliki batu bisa bicara; Dewi punya batu yang dianggap pecahan milik Ponar; sedangkan Rido’i hasil pemberian dari seorang kakek tua berjubah putih yang tidak diketahui dari mana asal kakek tua itu.

Terlepas benar dan tidaknya bisa menyembuhkan batu-batu itu, yang jelas para dukun tersebut menjadi ikon menarik dan dipercaya masyarakat. Dari berbagai daerah silih berganti berdatangan dengan satu alasan untuk berobat. Mereka tidak peduli meski salah satu dari dukun cilik itu (baca : Ponari) telah menewaskan empat orang korban akibat saling berdesakan. Masyarakat rela antri berhari-hari demi mendapatkan air yang di celupi batu ajaib itu.

Secara medis, apa yang dilakukan para dukun itu tentu tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Mungkin bila suatu saat nanti pemerintah berusaha membuktikan secara ilmiah dengan kacamata medis, tidak akan ditemukan bahwa dalam batu yang dicelupkan pada air milik ketiga bocah yang sama-sama masih duduk di bangku Sekolah dan Siti Rohmah itu memiliki unsur obat. Usaha tersebut tidak menutup kemungkinan akan dilakukan pemerintah. Langkah pemerintah di Madura patut mendapatkan apresiasi yang nantinya jika Rido’i terkenal dan banyak dipercaya masyarakat sebagaimana Ponari Jombang maka pemerintah akan melakukan uji secara medis pada batu milik Rido’i apakah batu tersebut mengandung unsur obat atau tidak (Radar Madura-Jawa Pos Group, 22/02/2009).

Secara rasional, mustahil sebuah batu bisa mengobati seseorang yang sedang menderita sakit. Karena dalam penelitian belum pernah ditemukan ada batu yang mengandung obat. Tetapi apapun rasionalisasi yang diberikan, yang jelas masyarakat telah mempercayai kenyataan irrasional tersebut. Sebab, menurut mereka bukan batunya, tetapi di balik batu tersebut yang mengandung unsur kekuatan ghaib dan bisa menyembuhkan penyakit walau tidak bisa diprediksi akal sehat. Apalagi, masyarakat beranggapan bahwa tidak semua orang yang sedang sakit seperti kangker dam lain-lain dapat sembuh dengan berobat ke Rumah Sakit. Banyak orang yang berobat ke Rumah Sakit, tetapi pulang dengan kecewa karena selain biaya sangat mahal telah dihabiskan, tetapi kenyataannya si sakit tetap tergeletak dan tidak sembuh.

Berobat kemana saja merupakan proses menuju kesembuhan. Semua hanyalah salah satu bagian dari usaha menuju kesembuhan yang sakit. Sebagai proses, masyarakat lebih memilih yang jauh lebih murah karena sama-sama belum tentu bisa menyembuhkan penyakit. Munculnya Ponari dan Rido’i dan baru-baru Dewi siswi SMP merupakan cara dan usaha lain masyarakat menuju kesembuhan tersebut.

Meski tidak rasional dan tidak bisa di uji secara medis, namun para dukun itu tetap di percaya dan lebih dipilih masyarakat tempat berobat, dengan alasan sarana pengobatan mereka (dukun cilik dan batu bicara) itu relatif jauh lebih terjangkau oleh kondisi ekonomi masyarakat. Dengan Rp. 3000 atau se-ikhlasnya, mereka bisa mendapatkan obat. Inilah bukti lain ketidakberdayaan ekonomi masyarakat. Dengan lain kata, masyarakat bukan tidak percaya untuk pergi berobat ke Rumah Sakit. Namun karena jeratan ekonomi yang menghantui, maka apapun caranya walau sulit diterima akal sehat akan dilakukan masyarakat demi kesehatan mereka.

Bukti bahwa apapun caranya akan dilakukan masyarakat demi menjaga kesehatan adalah kasus pengobatan alternatif lain sebagaimana kasus yang terjadi di Basoka Rubaru Sumenep Jawa Timur. Sunaberiye terkenak penyakti akut, dukun berganti dukun, tetapi penyakitnya tetap tidak bisa disembuhkan, untuk di bawa ke dokter atau Rumah Sakit, tidak memiliki biayai. Akhirnya datang seseorang yang mengaku alumni dokter di salah Rumah Sakit Pamekasan Jatim memberikan jasa pengobatan murah. Pihak keluarga mempercayai dan bahagia karena berharap si korban bisa sembuh. Pengobatan pun dilakukan sehingga si dokter gadungan itu melakukan operasi. Tak plak lagi, bukan menyembuhkan tetapi bertambah parah. Sunaberiye harus di larikan ke Rumah Sakit. (Radar Madura, 21/02/2009).

Realitas tersebut menunjukkan bahwa kondisi ekonomi masyarakat sangat lembah sehingga pengobatan alternatif apapun dilakukan meski membahayakan dirinya. Masyarakat tidak mampu mengelurkan biaya berobat ke Rumah Sakit yang sangat mahal. Sepertinya, masyarakat baru akan berobat ke Rumah Sakit jika terpaksa, bukan berangkat dari kesadaran.

Masyarakat yang tinggal pedesaan, dengan penghasilan pas-pasan, mereka jarang membawa keluarganya yang menderita penyakit parah walau kondisinya kritis akan di bawa ke Rumah Sakit. Alasannya satu: biaya Rumah Sakit mahal. Bagi kalangan birokrasi pemerintah, mungkin alasan tersebut tidak diterima karena bagi masyarakat miskin sudah ada program Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) dari pemerintah yang (rencana program itu) memberikan pelayanan gratis dan maksimal pada masyarakat miskin dengan syarat mendapat keterangan Kepala Desa (Kades).

Namun, kenyataan itu tidak terlalu diminati masyarakat miskin. Mereka justru lebih berani berhutang demi nyawa dan kesehatan dirinya daripada mengikuti program Jamskesmas. Sebab, timbul kesen dan bukan hanya kesan tetapi kenyataan bahwa pengobatan memakai jalur Jamkesmas pelayanannya jauh berbeda dengan mereka yang membayar. Tidak heran bila sering kali terjadi pemberontakan di Rumah Sakit gara-gara pasien tidak dilayani dengan maksimal. Dengan demikian, realitas kepercayaan masyarakat pada pengobatan alternatif seperti para dukun tersebut merupakan wujud ketidakberdayaan perekonomian masyarakat di tengah-tengah mahalnya biaya Rumah Sakit.


KOMENTAR

BLOGGER: 7
Loading...
banner Selamat Datang di busritoha.blogspot.com semoga bermanfaat
Nama

ARTIKEL,13,Catatan Harian,10,Cerita,6,JENDELA,33,lucu,3,News,11,OPINI,34,
ltr
item
Busri Toha: Dukun Cilik, Batu Bicara dan Biaya Rumah Sakit
Dukun Cilik, Batu Bicara dan Biaya Rumah Sakit
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWbwDSjF_A1FG7yxaSVj7G52D76Csk7JW6iyfvM6IyQoAmOyWgcJ5X9DTpQRsu3OinpOoBzxB3pK51bMK54GEy8QBCb7NQV0rQ_Mhb9fmx-bpmyjD_Xq8KsYenmPASypsoM7d4KYFLiwA/s200/Rumah_Sakit_Umum_Daerah_Kasongan.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWbwDSjF_A1FG7yxaSVj7G52D76Csk7JW6iyfvM6IyQoAmOyWgcJ5X9DTpQRsu3OinpOoBzxB3pK51bMK54GEy8QBCb7NQV0rQ_Mhb9fmx-bpmyjD_Xq8KsYenmPASypsoM7d4KYFLiwA/s72-c/Rumah_Sakit_Umum_Daerah_Kasongan.jpg
Busri Toha
https://busritoha.blogspot.com/2009/02/dukun-cilik-batu-bicara-dan-biaya-rumah.html
https://busritoha.blogspot.com/
http://busritoha.blogspot.com/
http://busritoha.blogspot.com/2009/02/dukun-cilik-batu-bicara-dan-biaya-rumah.html
true
8564605806601913725
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Selengkapnya Balas Cancel reply Hapus Oleh Beranda Halaman Postingan View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE CARI ALL POSTS Not found any post match with your request KEMBALI KE BERANDA Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy