Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, tidak terlalu sumringah diperingati di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Sebab di hari yang s...
Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, tidak terlalu sumringah diperingati di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Sebab di hari yang seharusnya menjadi semacam hari raya ini, dunia pendidikan di Sumenep justeru di timpa berbagai persoalan serius yang cukup rumit. Sejak dari penyelesaian sengketa lahan yang tak kunjung selesai, hingga perlakuan tidak senonoh oleh oknum guru kepada muridnya.
Hari Pendidikan Nasional, mungkin memang tidak selalu harus dirayakan. Sebab esensi dari peringatan Hari Pendidikan Nasional ini sejatinya adalah ajang kontemplasi dan introspeksi. Mengaca diri dan merenungkan kembali, apakah dedikasi yang sudah kita berikan untuk pendidikan sudah membuat pendidikan itu sendiri menjadi lebih baik, atau jangan-jangan justeru ada yang salah dengan dedikasi kita terhadap pendidikan.
Hingga saat ini, beberapa sengketa lahan Sekolah Dasar di Kabupaten Sumenep belum juga terselesaikan. Di desa Pagar Batu Kecamatan Saronggi, hingga kini siswanya masih belajar di bekas gudang rumput laut. Padahal kasus ini muncul sudah lebih dari dua tahun yang lalu.
Di kecamatan rubaru, baru saja ada oknum guru sekolah dasar yang ditangkap polisi gara-gara melakukan pelecehan seksual kepada anak didiknya yang masih berusia delapan tahun. Orang tua si korban meminta oknum guru tersebut segera dipecat. Sebab ia mengaku menjadi takut untuk menyekolahkan anaknya.
Kita tentu sangat miris, ketika sekolah sudah tak lagi menjadi tempat yang aman buat anak-anak kita. Lalu dimana lagi tempat di negeri ini yang bisa dijadikan tempat berteduh, jika sekolah sudah menjadi sarang oknum-oknum bejat penghamba nafsu birahi. Lalu pada siapa lagi kita akan menitipkan masa depan moral bangsa ini?.
Dan yang lebih tragis, kini polisi dan inspektorat Kabupaten Sumenep sedang gencar-gencarnya memburu mantan Bendahara Cabang Dinas Pendidikan di Kecamatan Pragaan. Oknum berinisial US ini, diduga kuat telah mengotaki pembobolan Bank Jatim Sumenep senilai kurang lebih Rp 12 Miliyar rupiah, ya... 12 miliyar rupiah. Jika hanya untuk makan tujuh turunan, tentu tak akan habis.
Kejahatan ini tentu tidak terlalu mencengangkan jika dialkukan oleh anggota dewan yang setiap hari memang sudah menjadi berita wajib di televisi. Namun ini dilakukan oleh oknum yang konon menjadi salah satu pengelola pendidikan, sebuah institusi yang bertanggungjawab terhadap moral generasi penerus bangsa.
lalu pertanyaannya, jika yang mengelola saja sudah melebihi garong dan maling sapi, lalu bagaimana jadinya anak didikanya nanti? kita sering mendengar pepatah, jika guru kencing berdiri, maka murid kecing berlari. Jika guru mencuri sandal, maka murid mencuri kapal.
Lalu, jika guru sudah mencuri 12 miliyar?.. bisa jadi muridnya batal jadi pencuri. Sebab sesuatu yang bisa dicuri sudah dihabiskan oleh gurunya sendiri. (catatan redaksi Madura Channel)
KOMENTAR