PEREMPUAN Madura, rupanya tidak seperti yang stigmakan selama ini. Stigmatisasi tomang dhepor, sebagaimana sering dialamatkan pada pere...
PEREMPUAN Madura, rupanya tidak seperti yang stigmakan selama ini. Stigmatisasi tomang dhepor, sebagaimana
sering dialamatkan pada perempuan Madura, rupanya sudah tidak melekat pada perempuan Madura. Jika selama ini, perempuan diistilahkan sebagai pelengkap rumah, tukang tanak, dan hanya bertugas melayani suami, rupanya semua itu sudah pudar kerena kenyataan di Madura, perempuan tidak hanya duduk manis dan berdiam diri di rumah.
Perempuan Madura memiliki semangat luar biasa, bahkan melebihi dari dugaan. Semangat untuk bekerja, berusaha, meraih cita-cita bisa melebihi dari kaum laki-laki di Madura. Ketika pagi hari, perempuan Madura pasti akan berangkat kerja, ke sawah, menyabit rumput untuk sapi-sapi mereka.
Di Madura, setelah shalat Subuh, para kaum perempuan di pastikan sudah pergi ke dapur untuk memasak, menanak, mencuci pakaian suami dan termasuk membersihkan rumah dari segala macam kotoran. Setelah itu, baru memanggil suaminya untuk makan bersama.
Setelah mereka makan bersama, bukan berarti kaum perempuan Madura tinggal diam di rumah dan makan seenaknya. Mereka juga masih ke luar rumah ikut suami yang telah bekerja. Para kaum perempuan juga ikut menyabit rumput atau bahkan ikut mencangkul di ladang persawahan atau pegunungan mereka. Tradisi ini sudah berlangsung secara turun temurun.
Ketika musim tembakau seperti sekarang ini, jangan heran jika melihat di wilayah tanaman tembakau banyak kaum perempuan yang menyiram daun emas itu. Daun tembakau dikenal dengan daun emas oleh masyarakat Madura, karena dahulu, kabarnya, satu kilo tembakau bisa menghasilkan satu gram atau dua gram emas. Tapi kini, semua itu hanyalah cerita. Karena saat ini, 50 kilo tembakau belum tentu bisa menghasilkan satu gram emas karena harga tembakau selalu anjlok.
Kembali pada cerita tentang perempuan Madura. Para wanita Madura sering tak henti-hentinya bekerja dari pagi hingga sore. Mereka kuat seperti laki-laki atau lebih. Jika musim tanam padi, yang menanam padi adalah kaum perempuan. Jarang laki-laki menanam padi.
Kita masih ingat dengan kejadian Selasa, 27 Desember 2011 lalu, di Desa Sentol Lauk Kabupaten Sumenep Madura, Jawa Timur, Nyonya Jamil dan Sanah menghembuskan nafas terakhir setelah tertimpa bongkahan batu besar. Dua perempuan penambang batu bata yang meninggal dunia ini contoh bahwa perempuan Madura kuat. Perempuan bukanlah makhluk lemah dan tidak boleh diperlakukan yang tidak wajar.
Dari itu, sebagai kaum laki-laki, saya ingin mengajak kita semua untuk belajar menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi perjuangan, pengorbanan, para kaum perempuan. Sebab, sehebat apapun kita, sekuat apapun tenaga yang kita miliki, dan setinggi apapun jabatan kita, tidak
dapat mengalahkan perjuangan perempuan. Salah satu contoh lain, perjuangan Ibu dari seorang anak laki-lakinya untuk melahirkan tidak ada nilainya dibandingkan dengan perjuangan kaum laki-laki.
Begitulah sekelumit cerita tentang Perempuan Madura. Sekelumit narasi tentang Perempuan Madura yang pantang putus asa dan pantang menyerah sebelum cita-cita tercapai.
sering dialamatkan pada perempuan Madura, rupanya sudah tidak melekat pada perempuan Madura. Jika selama ini, perempuan diistilahkan sebagai pelengkap rumah, tukang tanak, dan hanya bertugas melayani suami, rupanya semua itu sudah pudar kerena kenyataan di Madura, perempuan tidak hanya duduk manis dan berdiam diri di rumah.
Perempuan Madura memiliki semangat luar biasa, bahkan melebihi dari dugaan. Semangat untuk bekerja, berusaha, meraih cita-cita bisa melebihi dari kaum laki-laki di Madura. Ketika pagi hari, perempuan Madura pasti akan berangkat kerja, ke sawah, menyabit rumput untuk sapi-sapi mereka.
Di Madura, setelah shalat Subuh, para kaum perempuan di pastikan sudah pergi ke dapur untuk memasak, menanak, mencuci pakaian suami dan termasuk membersihkan rumah dari segala macam kotoran. Setelah itu, baru memanggil suaminya untuk makan bersama.
Setelah mereka makan bersama, bukan berarti kaum perempuan Madura tinggal diam di rumah dan makan seenaknya. Mereka juga masih ke luar rumah ikut suami yang telah bekerja. Para kaum perempuan juga ikut menyabit rumput atau bahkan ikut mencangkul di ladang persawahan atau pegunungan mereka. Tradisi ini sudah berlangsung secara turun temurun.
Ketika musim tembakau seperti sekarang ini, jangan heran jika melihat di wilayah tanaman tembakau banyak kaum perempuan yang menyiram daun emas itu. Daun tembakau dikenal dengan daun emas oleh masyarakat Madura, karena dahulu, kabarnya, satu kilo tembakau bisa menghasilkan satu gram atau dua gram emas. Tapi kini, semua itu hanyalah cerita. Karena saat ini, 50 kilo tembakau belum tentu bisa menghasilkan satu gram emas karena harga tembakau selalu anjlok.
Kembali pada cerita tentang perempuan Madura. Para wanita Madura sering tak henti-hentinya bekerja dari pagi hingga sore. Mereka kuat seperti laki-laki atau lebih. Jika musim tanam padi, yang menanam padi adalah kaum perempuan. Jarang laki-laki menanam padi.
Kita masih ingat dengan kejadian Selasa, 27 Desember 2011 lalu, di Desa Sentol Lauk Kabupaten Sumenep Madura, Jawa Timur, Nyonya Jamil dan Sanah menghembuskan nafas terakhir setelah tertimpa bongkahan batu besar. Dua perempuan penambang batu bata yang meninggal dunia ini contoh bahwa perempuan Madura kuat. Perempuan bukanlah makhluk lemah dan tidak boleh diperlakukan yang tidak wajar.
Dari itu, sebagai kaum laki-laki, saya ingin mengajak kita semua untuk belajar menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi perjuangan, pengorbanan, para kaum perempuan. Sebab, sehebat apapun kita, sekuat apapun tenaga yang kita miliki, dan setinggi apapun jabatan kita, tidak
dapat mengalahkan perjuangan perempuan. Salah satu contoh lain, perjuangan Ibu dari seorang anak laki-lakinya untuk melahirkan tidak ada nilainya dibandingkan dengan perjuangan kaum laki-laki.
Begitulah sekelumit cerita tentang Perempuan Madura. Sekelumit narasi tentang Perempuan Madura yang pantang putus asa dan pantang menyerah sebelum cita-cita tercapai.
KOMENTAR