Oleh : Busri Thaha Car free day yang digalakkan pemerintah DKI Jakarta (10/05) patut diajungi jempol, bahkan penting ditiru. Pasalnya, warg...
Oleh : Busri Thaha
Car free day yang digalakkan pemerintah DKI Jakarta (10/05) patut diajungi jempol, bahkan penting ditiru. Pasalnya, warga bisa merasakan hidup tanpa kebisingan dan kepulan asap yang berasal dari “kentut” kendaraan. Orang-orang pun bisa merasakan bermain ditempat yang biasa dilewati kendaraan kelas bawah hingga kendaraan yang termewah.
Selain itu, orang-orang yang berlalu lalang juga bisa bernafas lega. Sebab, polusi yang merupakan hasil pembakaran dari bahan buangan mobil dan mesin letup, jeda dan hilang kala itu. Dengan lain kata, Kita tidak melulu disuguhi dengan kebisingan yang terkadang mengandung racun, racun untuk mengurangi kesehatan kita. Tetapi juga dianugarahi ketenangan tanpa polusi. Apalagi diketahui, polusi udara lebih banyak disebabkan kendaraan bermotor.
Jujur saja, penulis sangat tertarik dengan program yang telah dilakukan pemerintah DKI Jakarta itu. Bahkan, penulis dan mungkin juga anda di daerah lain menginginkan suasana seperti itu. Gimana rasanya ketika kondisi lingkungan tanpa kendaraan yang mengepulkan asap? pasti akan terasa enak.
Memang, jika kita memiliki kebutuhan yang agak mendesak, dan harus menggunakan kendaraan, jika ada program itu akan merasa terganggu. Tetapi, jika dilihat dari manfaatnya, luar biasa. Dan mungkin lebih besar dari kebutuhan kita.
Yang jelas, bagi penulis yang awam, manfaat yang paling besar dari program itu adalah pencemaran terhadap udara akan terkurangi sehingga lingkungan sekitar akan terasa semakin sejuk dan indah.
Dalam Islam, Allah menyarankan agar umat manusia untuk selalu menjaga alam dan isinya. Kerusakan alam bukan karena setan, jin dan malaikat, tetapi karena ulah manusia itu sendiri. Sebab, tidak ada jin dan setan yang membuat kendaraan yang ditumpangi oleh manusia. Dan tidak ada pula Malaikat yang membuat kendaraan berseleweran ditengah-tengah kehidupan manusia.
Namun, pembuat kendaraan berasap dan mengandung polusi, jelas adalah manusia. Tentu, manusianya tidak seperti penulis yang gaptek. Mereka yang membuat kendaraan itu, otaknya sudah canggih. Bahkan lebih canggih dari mesin sekalipun.
Dengan demikian, semakin kuat jika manusia dikatakan sebagai pengrusak alam karena manusia pembuatnya. Bukti lain bahwa manusia yang membuat kerusakan dimuka bumi ini adalah sesuai dengan firman Allah yang mengingatkan manusia agar tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam kitab suci-Nya, penguasa alam semesta berfirman "Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah membuat kerusakan di muka bumi", mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." (QS. 2 : 11). Penginkaran manusia terhadap petunjuk Allah mengakibatkan banyak bencana yang melanda.
Selain itu, Allah juga mengatakan dalam kitab Sucinya : "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". Katakanlah : "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (QS. 30 : 41-42).
Kendati demikian, bukan berarti manusia dilarang untuk mempergunakan alam ini. Manusia tetap diperkenankan memanfaatkan segala sumberdaya alam secara wajar (sesuai dengan kebutuhan). Tetapi, manusia harus bertanggungjawab. Islam melarang pemanfaatan alam (sumberdaya alam) yang melampaui batas atau berlebihan atau isyraf (QS : Al-An’am: 141-142).
Intinya, Allah menyarankan agar manusia tetap memanfaatkan alam semesta ini sesuai dengan kebutuhan, bukan berlebihan dan bukan untuk menghancurkan. Mungkin, cara yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta merupakan bagian dari salah satu cara untuk menjaga kelestarian alam semesta. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu berserah diri kepada-Nya dan selalu menjaga dan merawat Maha Karya-Nya.
Car free day yang digalakkan pemerintah DKI Jakarta (10/05) patut diajungi jempol, bahkan penting ditiru. Pasalnya, warga bisa merasakan hidup tanpa kebisingan dan kepulan asap yang berasal dari “kentut” kendaraan. Orang-orang pun bisa merasakan bermain ditempat yang biasa dilewati kendaraan kelas bawah hingga kendaraan yang termewah.
Selain itu, orang-orang yang berlalu lalang juga bisa bernafas lega. Sebab, polusi yang merupakan hasil pembakaran dari bahan buangan mobil dan mesin letup, jeda dan hilang kala itu. Dengan lain kata, Kita tidak melulu disuguhi dengan kebisingan yang terkadang mengandung racun, racun untuk mengurangi kesehatan kita. Tetapi juga dianugarahi ketenangan tanpa polusi. Apalagi diketahui, polusi udara lebih banyak disebabkan kendaraan bermotor.
Jujur saja, penulis sangat tertarik dengan program yang telah dilakukan pemerintah DKI Jakarta itu. Bahkan, penulis dan mungkin juga anda di daerah lain menginginkan suasana seperti itu. Gimana rasanya ketika kondisi lingkungan tanpa kendaraan yang mengepulkan asap? pasti akan terasa enak.
Memang, jika kita memiliki kebutuhan yang agak mendesak, dan harus menggunakan kendaraan, jika ada program itu akan merasa terganggu. Tetapi, jika dilihat dari manfaatnya, luar biasa. Dan mungkin lebih besar dari kebutuhan kita.
Yang jelas, bagi penulis yang awam, manfaat yang paling besar dari program itu adalah pencemaran terhadap udara akan terkurangi sehingga lingkungan sekitar akan terasa semakin sejuk dan indah.
Dalam Islam, Allah menyarankan agar umat manusia untuk selalu menjaga alam dan isinya. Kerusakan alam bukan karena setan, jin dan malaikat, tetapi karena ulah manusia itu sendiri. Sebab, tidak ada jin dan setan yang membuat kendaraan yang ditumpangi oleh manusia. Dan tidak ada pula Malaikat yang membuat kendaraan berseleweran ditengah-tengah kehidupan manusia.
Namun, pembuat kendaraan berasap dan mengandung polusi, jelas adalah manusia. Tentu, manusianya tidak seperti penulis yang gaptek. Mereka yang membuat kendaraan itu, otaknya sudah canggih. Bahkan lebih canggih dari mesin sekalipun.
Dengan demikian, semakin kuat jika manusia dikatakan sebagai pengrusak alam karena manusia pembuatnya. Bukti lain bahwa manusia yang membuat kerusakan dimuka bumi ini adalah sesuai dengan firman Allah yang mengingatkan manusia agar tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam kitab suci-Nya, penguasa alam semesta berfirman "Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah membuat kerusakan di muka bumi", mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." (QS. 2 : 11). Penginkaran manusia terhadap petunjuk Allah mengakibatkan banyak bencana yang melanda.
Selain itu, Allah juga mengatakan dalam kitab Sucinya : "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". Katakanlah : "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (QS. 30 : 41-42).
Kendati demikian, bukan berarti manusia dilarang untuk mempergunakan alam ini. Manusia tetap diperkenankan memanfaatkan segala sumberdaya alam secara wajar (sesuai dengan kebutuhan). Tetapi, manusia harus bertanggungjawab. Islam melarang pemanfaatan alam (sumberdaya alam) yang melampaui batas atau berlebihan atau isyraf (QS : Al-An’am: 141-142).
Intinya, Allah menyarankan agar manusia tetap memanfaatkan alam semesta ini sesuai dengan kebutuhan, bukan berlebihan dan bukan untuk menghancurkan. Mungkin, cara yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta merupakan bagian dari salah satu cara untuk menjaga kelestarian alam semesta. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu berserah diri kepada-Nya dan selalu menjaga dan merawat Maha Karya-Nya.
KOMENTAR