Di bulan penghujung 2008 terdapat banyak hari penuh dengan keistimewaan. Hari Natal, Tahun Baru Islam (1 Muharram 1430) dan Hari...
Dalam pembangunan Indonesia, Kaum Ibu telah berjuang mati-matian agar perdagangan anak-anak (child trafficking), pelecehan seksual terhadap perempuan yang menginjak martabat manusia, upaya keras agar gizi dan kesehatan Ibu terjamin, merupakan bukti sejarah perjuangan kaum Ibu yang patut diteladani dan dihargai. Semua itu, terus mereka perjuangkan dengan suara lantang dan pemikiran kritis. Berbagai upaya kaum Ibu itu, tentu sangat menunjang kebangkitan Indonesia dari keterpurukan.
Maka tidak salah bila dikatakan bahwa kemerdekaan dan pembangunan Negari berkepulaaun ini tidak hanya dihasilkan oleh perjuangan kaum Adam, tetapi juga hasil pengorbanan kaum Ibu sehingga kemerdekaan dapat dinikmati—meski masih terjadi penjajahan oleh kaum sendiri—generasi bangsa sekarang. Keberadaan tokoh-tokoh pejuang perempuan seperti R.A. Kartini, Cut Nya Dien, M. Christina Tiahahu, Dewi Sartika, Cut Mutiah, Walanda Maramis dan pejuang-pejuang lain pada abad 19, yang merupakan awal perjuangan perempuan untuk mengembalikan hak-hak mereka yang semestinya dan bahkan terbentuknya organisasi perempuan pada 1912 sebagai tindak lanjut dari pejuang perempuan abad ke-19, adalah bukti bahwa kaum Ibu sangat berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia.
Sebagai bentuk wujud perjuangan mereka, pada 22-25 Desember 1928, bertepatan dengan tahun lahirnya Sumpah Pemuda, yang di hadiri lebih dari 30 organisasi perempuan, mereka berkumpul di Yogyakarta bertempat di Gedung Mandalabhakti Wanitatama melaksanakan Konggres Perempuan Indonesia I. Kongres perempuan yang sangat bersejarah dan terbesar itu, lalu membentuk Kongres Perempuan yang disebut Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Moment bersejarah itulah yang kemudian menjadi awal lahirnya Hari Ibu .
Di luar negeri seperti Amerika Serikat Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, dan beberapa Negara lain yang diikuti lebih dari 75 negara peringatan Hari Ibu digelar bertepatan dengan hari Minggu kedua dari bulan Mei. Sedangkan di Indonesia ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 pada tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu dan dirayakan secara nasional oleh bangsa Indonesia.
Peristiwa tersebut merupakan barometer penting sejarah kaum Ibu Indonesia. Maka, sepantasnya peringatan Hari Ibu tidak dilakukan hanya sebagai kegiatan rutinitas nasional setiap tahun. Ada hal penting yang lebih substansial berhungan dengan Hari Ibu untuk dilaksanakan sesuai dengan substansi tujuan awal lahirnya Mother's day. Yakni dengan membangkitkan kembali semangat kaum Ibu . Persatuan dan kesatuan bangsa saat ini masih sangat membutuhkan pemikiran dan gerakan kaum perempuan kembali seperti sebelum kemerdekaan. Karena ternyata dalam diri kaum Ibu , tersimpan beribu potensi yang seringkali melebihi kapasitas yang dimiliki kaum lelaki. Kehadiran tokoh-tokoh perempuan dalam pentas perjuangan kemerdekaan Indonesia itu, merupakan bukti sejarah bahwa kapasitas mereka sangat tinggi. Bahkan, dalam sejarah pemikiran Islam—sebagai bukti lain—salah satu guru Imam Syafi’ie adalah perempuan.
Untuk itu, dalam pembangunan Indonesia sekarang saatnya perempuan dilibatkan. Perempuan tidak hanya sebatas di tempatkan di Sumur, Kasur, dan Dapur sebagaimana terjadi di sebagian tradisi keberagaman Indonesia. Beberapa daerah di negeri kepulauan ini masih menganggap bahwa tugas para Ibu hanya menanak, menyusui dan mencuci pakaian laki-laki. Patriarkisme sangat mendominasi yang berimplikasi pada pemandulan nalar pikir dan gerakan perempuan. Dengan demikian, pada hari Hari Ibu ini saatnya negative thingking dan label-label negative lain terhadap perempuan ditiadakan. Perempuan juga manusia seperti laki-laki yang memiliki potensi tidak jauh beda dengan potensi yang ada pada laki-laki.
Maka dengan membangkitkan kembali semangat kaum Ibu serta melibatkan mereka dalam setiap perjuangan, merupakan pengungkapan rasa terima kasih dan kasih sayang yang sangat tinggi kepada kaum Ibu dari pada hanya sekedar memberikan bunga dan kado istimewa. Berterima kasih kepada para Ibu, memuji ke-Ibu-an para Ibu yang telah berjuang untuk generasi saat ini, adalah membangkitkan kembali semangat para Ibu untuk berjuang membangun negeri tercinta ini. Terima Kasih Ibu , Syurga menantimu...!
KOMENTAR