DENGAN berselingkuh akan mendapatkan sesuatu yang di i nginkan. Ketika pejabat suatu negara berselingkuh dengan negara tetangga, pasti...
DENGAN berselingkuh akan mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Ketika pejabat suatu negara berselingkuh dengan
negara tetangga, pasti ada tujuan yang dia ingin peroleh dengan cara menyimpang
dari prosedur dan aturan.
Meski tak sejalan dengan aturan, nyatanya banyak orang
berselingkuh, karena dengan
berselingkuh merasa nyaman dan mencapai kepuasan. Semisal, seorang kontraktor
berselingkuh dengan kepala dinas untuk mendapatkan suatu proyek, maka mereka
akan merasa nyaman karena akan sama-sama untung.
Namun, meski akan terasa nyaman tidak ada istilah
perselingkuhan itu abadi. Perselingkuhan hanyalah sesaat, berbatas waktu. Ketika
suatu negara dengan negara tetangga sudah berselingkuh, hanya menanti
kehancuran dari negara itu. Kehancuran hubungan dan kehancuran pada negara itu
sendiri.
Saya tidak akan membela diri. Saya pernah selingkuh bahkan
barangkali sedang berselingkuh. Meski itu tetap adalah cara yang salah walau
disebut indah.
Suatu ketika, saya memiliki seorang teman akrab lebih akrab
dari saudara. Bukan teman tidur, tetapi teman diskusi. Saya sudah 100 persen
percaya kepada dia. Apapun saya percayakan kepada dia. Saya percaya kepada dia
karena saya tahu bahwa dia jujur, memiliki kemampuan, keilmuan lumayan mumpuni. Saya juga percaya bahwa dia tidak akan berselingkuh
dengan siapapun dalam persahabatan ini.
Namun, kepercayaan saya dihancurkan oleh tindakan dia dengan berselingkuh. Dia berselingkuh dengan
kekuasaan untuk menghancurkan saya. Dia berselingkuh untuk menjungkirbalikkan
demi sesuatu yang dia ingin capai. Akhirnya, hubungan kekerabatan, persaudaraan,
dan termasuk kepercayaan hancur. Padahal, kepercayaan mahal harganya. Saudara
kandung terkadang tak bisa dipercaya. Tetapi tetangga, kerabat, saudara jauh bisa
lebih dipercaya. Itulah mungkin kepercayaan menjadi mahal.
Orang menghancurkan suatu kepercayaan karena sudah memiliki
target lebih besar. Memiliki capaian yang lebih menguntungkan, baik bagi diri
sendiri, kelompok maupun bangsa. Padahal, memulihkan kepercayaan bukan perkara
mudah. Jika seseorang sudah percaya lalu dihancurkan, lalu gampang percaya
kembali, itu namanya plin-plan. Indonesia bukan negara plin-plan.
Saya menjadi menangis, bersedih, heran dengan kasus penyadapan
terhadap pejabat Indonesia. ”Australia Bukan Tetangga Baik” begitu judul HL
Kompas edisi Selasa (19/11) kemarin. Australia telah melakukan penyadapan
terhadap pejabat Indonesia. Seakan, Indonesia adalah ancaman bagi Australia
sehingga pejabat negara perlu disadap. Kepentingan Australia melakukan
penyadapan tidak jelas. Untuk kepentingan keamanan nasionalnya atau kepentingan
apa? Masih buram.
Selama ini, Malaysia dianggap sebagai musuh bebuyutan.
Rebutan pulau hingga rebutan budaya. Ternyata, musuh dalam selimut lebih kejam
dari penjahat yang sudah ada di depan mata. Penjahat di depan mata tinggal kita hajar, tetapi musuh dalam selimut tak diketahui
tetapi menghanyutkan.
Selama ini, Indonesia telah memberikan kepercayaan penuh dan
sebagai mitra strategis pada Australia. Langkah Presiden Susilo Bambang Yudhono
menarik Dubes Indonesia untuk Australia, pertanda bahwa Indonesia sudah tak
percaya lagi dengan Australia. Australia bukan tetangga baik untuk Indonesia.
Saatnya Indonesia tak perlu percaya dengan negara menapun. Sudah waktunya Indonesia menjadi negara mandiri tanpa harus dikekang kepentingan negara lain.
Saya sebagai rakyat biasa hanya bisa menyarankan, Presiden
tidak perlu mencari siapa pejabat negara yang telah berselingkuh dengan dinas
intelejen Australia. Tidak perlu mencari siapa yang telah mencoba menghancurkan
hubungan Indonesia–Australia dengan memberikan ide penyadapan. Intinya, dengan
penyadapan itu sudah jelas bahwa kita dianggap sebagai negara musuh. Bukan
tetangga baik.
Mereka telah menghancurkan kepercayaan, persahabatan,
hubungan kenegaraan. Penarikan Dubes Australia sudah tepat. Pejabat negara
tidak boleh plin-plan. Mereka sudah tidak percaya Indonesia, apa tidak malu
jika suatu saat nanti masih akan memberikan kepercayaan lagi kepada Australia?
Indonesia Bukan Negara Plin-Plan!
Ketika persahabatan, diplomasi, dan keakraban negara Indonesia
dikhianati tetangga, diselingkuhi dan dicurigai secara politis oleh teman
sekaligus rekannya sendiri, lantas jika tetap saja berbaikan tanpa mengambil
pelajaran bukankah justru sama halnya menelanjangi diri sendiri? Ya,
perselingkuhan Australia dengan kepentingannya memang indah, membuat mata kita
terbuka untuk menyadari bahwa kemandirian lebih penting dari diplomasi kerdil,
sekedar mengekor. (*)
BUSRI TOHA
KOMENTAR