BUKU merupakan simbol pengetahuan, ilmu dan belajar. Buku ibarat sebuah gudang . Gudang yang berisi segala kebutuhan orang yang masuk ...
BUKU merupakan simbol
pengetahuan, ilmu dan belajar. Buku ibarat sebuah gudang. Gudang yang berisi segala kebutuhan
orang
yang masuk pada gudang itu. Ia
adalah khazanah pengetahuan yang sangat berharga dan penuh nilai dan makna.
Buku memiliki kekuatan tidak terbatas oleh ruang belajar
seperti sekolah. Tidak terbatas oleh kebijakan pendidikan nasional maupun
daerah. Sebab, dimanapun dan kapanpun, anak didik dapat mengikuti dengan tekun
penyampaian pengetahuan yang bertaburan dalam buku. Itulah bagian dari keunikan
dan kelebihan buku yang harus tetap dipertahankan.
Meski, lembaga pendidikan disibukkan dengan sistem
pendidikan atau aturan dari pendidikan nasional, kadang mempersempit ruang
kreatifitas siswa, namun bagi siswa yang mempunyai semangat tinggi untuk
memperoleh pengetahuan luas, dapat diperoleh dengan buku tanpa diatur oleh
waktu dan ruang belajar di sekolah.
Nah, ditengah-tengah kesibukan lembaga pendidikan dengan administrasi sekolah dan guru sedang mempersiapkan diri dalam menghadapi
proses sertifikasi, buku bisa menjadi alternatif jitu untuk tetap memperoleh
pengetahuan. Buku sumber pengetahuan.
Ada beberapa tuntutan yang dimiliki buku, yang sepertinya
tidak jauh berbeda dengan keharusan anak didik pergi ke sekolah. Pertama, buku
sebagai ruang belajar. Membaca buku membutuhkan keseriusan dan keaktifan
pembaca untuk terus mengikuti butir-butir gagasan yang disampaikan oleh si
pengarang buku tersebut.
Terkadang, ketika kita sedang membaca buku, rasa bosan,
ngantuk hingga putus asa seringkali menghantui saat membaca buku. Bahkan, kerapkali membuat si pembaca buku tidak kuat
untuk melanjutkan membaca yang ada dalam kertas itu. Maka tak boleh dibiarkan. . ”Janganlah berputus asa. Tetapi
jika anda sampai berada dalam keadaan putus asa, berjuanglah terus meskipun
dalam keadaan putus asa” kata Aristoteles.
Bagi
saya, itu tak
jauh beda dengan anak didik ketika mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di
sekolah. Ketika dalam kelas, sering bosan, ngantuk dan putus asa datang secara tiba-tiba. Tapi harus tetap dipaksakan untuk mengikuti KBM dalam kondisi apapun.
Begitu juga dengan buku. Andai saja, orang yang membaca
buku, terus dipaksakan meski dalam kondisi tidak semangat untuk mengikuti
butir-butir gagasan penulis buku, maka segela pengetahuan dalam buku akan
diperoleh. Sehingga, tanpa disadari, ia telah aktif mengikuti proses belajar
mengajar antara pengara dan pembaca buku.
Kedua, ketekunan. Membaca buku mengharuskan pembaca tekun
dan pantang menyerah. Menyelesaikan membaca dari semuan gagasan yang
bertebaran dalam setiap butir dan prgraf dalam buku, sehingga penyampaian
pengarang buku akan mampu diserapnya.
Dengan demikian, ditengah-tengah kesibukan sejumlah
lembaga pendidikan, buku bisa dijadikan sebagai ruang belajar alternatif yang
sangat ampuh. Memang, semua ini sangat mudah dan gampang untuk dikatakan, tapi
tidak mudah untuk dilakukan dan ditekuni.
Maka dari itu, pelajar atau anak didik, seharusnya aktif
mencari alternatif lain untuk mempereleh ilmu pengetahuan tanpa harus
meninggalkan ruang kelas untuk belajar. Masa sekarang, anak didik tidak cukup
hanya mengandalkan KBM di Sekolah tanpa mencari alternatif lain untuk
memperoleh pengetahuan.
Dengan buku, anak didik akan bebas memperoleh pengetahuan
dan pendidikan yang cukup berarti demi masa depan lebih baik. ”Pendidikan adalah
bekal hari tua” kata Aristoteles.
Dari itu, tidak ada salahnya anak didik untuk mendapatkan
buku dan kemudian dibaca. Apalagi, kini buku dan informasi sudah gampang
didapatkan baik melalui ebook maupun buku lain yang tersebar
di sejumlah pertokoan. Tidak ada alasan bagi
generasi muda tidak mau tekun membaca. Membaca
dan membaca. (*)
OLEH: BUSRI TOHA
KOMENTAR