Oleh Busri Thaha Beberapa waktu lalu, Indonesia digemparkan dengan maraknya flu Singapura. Suatu penyakit yang dalam ilmu kedokteran diken...
Oleh Busri Thaha
Beberapa waktu lalu, Indonesia digemparkan dengan maraknya flu Singapura. Suatu penyakit yang dalam ilmu kedokteran dikenal penyakit Kaki, Tangan dan Mulut (KTM). Penyakit tersebut merupakan penyakit infeksi. Penyebabnya, virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae.
Penyakit itu, meski juga dapat dikatakan sebagai penyakit flu Indonesia karena memang seperti penyakit biasa, tetapi cukup menggoncangkan Indonesia. Terbukti, berbagai media seperti Jawa Pos dan juga Radar Madura (Jawa Pos Group), dan lain-lain mem-blow up tentang penyakit itu. Itu bukan mengada-ada, tetapi nyata.
Namun, selang beberapa waktu, kini masyarakat Indonesia dikejutkan lagi dengan menyebarnya istilah virus Flu Babi. Itu berangkat karena di Negara lain telah banyak yang terkenak virus mematikan itu.
Misalnya, di Korea Selatan, wabah flu babi meraja lela. Penderita terinfeksi terus bertambah. Sebelumnya seorang warga Korsel yang berusia 51 tahun juga diduga terinfeksi dan masih dalam perawatan intensif. Korban lainnya yaitu wanita berusia 41 tahun diduga terinfeksi setelah menjalin kontak dengan korban pertama di sebuah lokasi (yahoonews.com). Akibatnya, Negara-negara lain memberikan reaksi. Di Jepang, Thailand, Jerman pemerintah setempat juga memberikan reaksi cepat terhadap maraknya flu babi dengan berbagai vareasi reaksinya.
Sementara itu, Flu Babi yang merupakan penyebab virus strain baru ini yakni gabungan antara virus burung, manusia dan babi itu, di Meksiko telah menewaskan 12 orang warganya. Sedangkan 300 lainnya positif mengidap H1N1. (Jawa Pos, 02/05/09)
Di Indonesian, kendati masih dikatakan aman, mungkin tetap harus mewaspadai penyakit tersebut. Pasalnya, penyakit tidak bisa diprediksi. Datang tanpa di undang, pulang pun sering demikian. Waspada disini tidak hanya cukup mewaspadai terhadap penyakit tersebut, lebih-lebih di balik kepentingan yang tersimpan dengan maraknya informasi itu.
Mungkin kita masih ingat dengan kejadian beberapa waktu silam. Kala itu, dunia juga digoncangkan dengan persoalan flu burung. Semua orang yang memiliki peliharaan ayam khawatir. Meraka takut ayam-ayamnya terkenak penyakit mematikan, flu burung. Sehingga, pemerintah berinisiatif untuk mengatasinya. Akibatnya, banyak ayam-ayam yang diduga terkena penyakit itu dibakar dan dibuang. Apa yang terjadi? kondisi ekonomi Indonesia ambruk.
Kini, marak lagi tentang penyakit dengan lain istilah. Mungkinkah ini merupakan cara lain Amerika Serikat untuk menjajah Negara berkembang ditengah-tengah kondisi perekonomian AS sedang ambruk? Kita tak perlu suudzan. Cuma, berhati-hati penting.
Kita tak perlu panjang lebar bahas itu. Kita leibh fokus pada persoalan babi saja. Islam sejak beberapa abad silam telah mengharamkan makan daging babi. Karena secara kesehatan, di dalam babi mengandung cacing yang walaupun dibersihkan tidak akan pernah hilang.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa gen babi memiliki kesamaan dengan gen manusia. Penyakit babi bisa menjangkiti manusia, sehingga bila seseorang makan makan babi tidak jauh berbeda dengan makan daging manusia.
Selain itu, sifat yang dimiliki babi itu sungguh sangat menjijikkan. Pasalnya, tidak ada hewan yang makan kotorannya sendiri hingga kotoran manusia, kecuali babi. Ketika ia sudah kenyang, ia akan memuntahkan isi perutnya dan memakannya kembali. Itulah pertanda jika babi itu sangat rakus. Selain itu, tidak ada hewan yang bisa dengan ramai-ramai menyetubuhi satu hewan betina sejenisnya, kecuali babi.
Dalam Islam, Allah mengharamkan makan daging babi, QS. Al-Maidah : 3. Pandangan Islam bukan hanya karena agar manusia tidak meniru prilaku babi, tetapi juga agar kesehatan umat Islam terjamin. Terbukti, rata-rata orang yang terkenak flu babi penduduknya makan daging babi.
Akhirnya, Semoga kita (Umat Islam) termasuk orang-orang yang selalu beriman dan menjalankan perintah dan menjahui semua larangan-Nya. Serta dilindungi dari penyakit-penyakit itu. Berikan ampun dan perlindungan-Mu pada kami. Hanya pada-Mu kami berserah diri. Wallahu a’lam.
Beberapa waktu lalu, Indonesia digemparkan dengan maraknya flu Singapura. Suatu penyakit yang dalam ilmu kedokteran dikenal penyakit Kaki, Tangan dan Mulut (KTM). Penyakit tersebut merupakan penyakit infeksi. Penyebabnya, virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae.
Penyakit itu, meski juga dapat dikatakan sebagai penyakit flu Indonesia karena memang seperti penyakit biasa, tetapi cukup menggoncangkan Indonesia. Terbukti, berbagai media seperti Jawa Pos dan juga Radar Madura (Jawa Pos Group), dan lain-lain mem-blow up tentang penyakit itu. Itu bukan mengada-ada, tetapi nyata.
Namun, selang beberapa waktu, kini masyarakat Indonesia dikejutkan lagi dengan menyebarnya istilah virus Flu Babi. Itu berangkat karena di Negara lain telah banyak yang terkenak virus mematikan itu.
Misalnya, di Korea Selatan, wabah flu babi meraja lela. Penderita terinfeksi terus bertambah. Sebelumnya seorang warga Korsel yang berusia 51 tahun juga diduga terinfeksi dan masih dalam perawatan intensif. Korban lainnya yaitu wanita berusia 41 tahun diduga terinfeksi setelah menjalin kontak dengan korban pertama di sebuah lokasi (yahoonews.com). Akibatnya, Negara-negara lain memberikan reaksi. Di Jepang, Thailand, Jerman pemerintah setempat juga memberikan reaksi cepat terhadap maraknya flu babi dengan berbagai vareasi reaksinya.
Sementara itu, Flu Babi yang merupakan penyebab virus strain baru ini yakni gabungan antara virus burung, manusia dan babi itu, di Meksiko telah menewaskan 12 orang warganya. Sedangkan 300 lainnya positif mengidap H1N1. (Jawa Pos, 02/05/09)
Di Indonesian, kendati masih dikatakan aman, mungkin tetap harus mewaspadai penyakit tersebut. Pasalnya, penyakit tidak bisa diprediksi. Datang tanpa di undang, pulang pun sering demikian. Waspada disini tidak hanya cukup mewaspadai terhadap penyakit tersebut, lebih-lebih di balik kepentingan yang tersimpan dengan maraknya informasi itu.
Mungkin kita masih ingat dengan kejadian beberapa waktu silam. Kala itu, dunia juga digoncangkan dengan persoalan flu burung. Semua orang yang memiliki peliharaan ayam khawatir. Meraka takut ayam-ayamnya terkenak penyakit mematikan, flu burung. Sehingga, pemerintah berinisiatif untuk mengatasinya. Akibatnya, banyak ayam-ayam yang diduga terkena penyakit itu dibakar dan dibuang. Apa yang terjadi? kondisi ekonomi Indonesia ambruk.
Kini, marak lagi tentang penyakit dengan lain istilah. Mungkinkah ini merupakan cara lain Amerika Serikat untuk menjajah Negara berkembang ditengah-tengah kondisi perekonomian AS sedang ambruk? Kita tak perlu suudzan. Cuma, berhati-hati penting.
Kita tak perlu panjang lebar bahas itu. Kita leibh fokus pada persoalan babi saja. Islam sejak beberapa abad silam telah mengharamkan makan daging babi. Karena secara kesehatan, di dalam babi mengandung cacing yang walaupun dibersihkan tidak akan pernah hilang.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa gen babi memiliki kesamaan dengan gen manusia. Penyakit babi bisa menjangkiti manusia, sehingga bila seseorang makan makan babi tidak jauh berbeda dengan makan daging manusia.
Selain itu, sifat yang dimiliki babi itu sungguh sangat menjijikkan. Pasalnya, tidak ada hewan yang makan kotorannya sendiri hingga kotoran manusia, kecuali babi. Ketika ia sudah kenyang, ia akan memuntahkan isi perutnya dan memakannya kembali. Itulah pertanda jika babi itu sangat rakus. Selain itu, tidak ada hewan yang bisa dengan ramai-ramai menyetubuhi satu hewan betina sejenisnya, kecuali babi.
Dalam Islam, Allah mengharamkan makan daging babi, QS. Al-Maidah : 3. Pandangan Islam bukan hanya karena agar manusia tidak meniru prilaku babi, tetapi juga agar kesehatan umat Islam terjamin. Terbukti, rata-rata orang yang terkenak flu babi penduduknya makan daging babi.
Akhirnya, Semoga kita (Umat Islam) termasuk orang-orang yang selalu beriman dan menjalankan perintah dan menjahui semua larangan-Nya. Serta dilindungi dari penyakit-penyakit itu. Berikan ampun dan perlindungan-Mu pada kami. Hanya pada-Mu kami berserah diri. Wallahu a’lam.
KOMENTAR