PELACUR, dikatakan sebagai penjaja tubuh , seperti oral seks atau hubungan seks. Tujuannya, demi mendapatkan uang. Kini, pekerja itu se...
PELACUR, dikatakan
sebagai penjaja tubuh, seperti oral seks atau hubungan seks. Tujuannya, demi mendapatkan uang.
Kini, pekerja itu sering disebut dengan istilah Pekerja Seks Komersial (PSK).
Lebih luas lagi, wartawan yang menjual idealisme demi kepentingan diri, disebut
juga melacurkan diri.
Melacurkan diri
tak jauh beda menjual idealisme. Menggadaikan harga diri demi kepentingan
pribadi. Alangkah naifnya jika itu terjadi pada wartawan. Seorang kuli tinta yang
dihormati. Tetapi, apapun alasannya, itu seringkali terjadi pada
wartawan. Misalnya, mereka menakut-nakuti orang lain dengan kartu pers.
Mengancam dan lain sebagainya. Ancaman berakhir jika diberi uang, baru dia
tidak akan macam-macam
lagi.
Kuli tinta yang
tak punya harga diri, akan minta transport kepada sumber berita. Meminta ini
dan itu. Alasannya, demi memuluskan atau menghaluskan berita. Dia sok idealis.
Padahal, saat itu juga, harga dirinya sudah terjual. Dia akan dinilai; cukup
dengan amplop, wartawan si A sudah beres.
Jika itu terus
terjadi, pers sebagai media control tak berlaku. Sebab, media akan benar-benar
menjadi pengontrol bila wartawan bersih, suci dan tidak mudah menggadaikan
idealismenya.
Hakikatnya,
wartawan tak perlu menjual harga diri. Sebab, wartawan memiliki banyak peluang
yang bisa ditempuh tanpa harus menggadaikan harga diri. Banyak jalan yang bisa
dilalui tanpa menakut-nakuti orang lain. Jalan menuju kebaikan. Jalan menggapai
yang diinginkan.
Wartawan tidak
perlu khawatir didiskreditkan karena miskin. Sebab, wartawan memililki banyak
kemampuan. Dengan potensi itu, banyak celah untuk menambah penghasilan tanpa
melacurkan idealisme. Pepatah bilang: di mana ada kemauan, di situ ada jalan.
Dunia wartawan
luas. Seorang guru hanya bisa mengetahui seputar dunia pendidikan saja. Mengajar lalu pulang.
Pedagang hanya tahu perputaran uang di toko, buka took lantas menutupnya. Itulah ilmu
mereka. Tapi, kuli tinta banyak mengetahui berbagai informasi.
Hidup sebagai
wartawan memiliki keuntungan cukup banyak. Salah satunya, dapat bertemu dengan
banyak orang. Mulai dari tukang becak, petani, pedagang, kepala desa, kepala
dinas, camat, bupati, gubenur, dan bahkan presiden sekalipun, wartawan tinggal
menunjukkan identitas dan mengajukan kepentingan, pasti dengan mudah ditemui.
Bahkan, tidur satu kamar dengan presiden, pun bisa dilakukan wartawan. Sebab
wartawan dilindungi Undang-Undang.
Semua itu bisa
dimanfaatkan dengan baik. Profesi wartawan tidak dimiliki semua orang. Wartawan
bisa masuk ke mana saja. Tidak seperi profesi lain. Maka, jangan lacurkan
idealisme. Gunakan kesempatan itu untuk terus membangun relasi dengan orang
lain. Sebab, suatu saat kita akan membutuhkannya tanpa harus menggadaikan idealisme.
Jangan lacurkan idealisme. Banyak pembaca yang menanti nilai perjuangan kita
untuk perubahan. Selamat Berjuang Kawan !
KOMENTAR