body { font: normal normal 12px 'Roboto', sans-serif; color: #000000; background: #FFF none repeat scroll top left; } .header-button { display: block; height: 60px; line-height: 60px; background: #010048; }

Kerapan Sapi

Kerapan Sapi , tradisi khas masyarakat Madura , yang muncul pada penghujung abad 13 atas prakarsa Pangeran Katandur. Beliau adalah Raj...



Kerapan Sapi, tradisi khas masyarakat Madura, yang muncul pada penghujung abad 13 atas prakarsa Pangeran Katandur. Beliau adalah Raja berpengaruh pada masanya di Kraton Sumenep. Ketika itu, Kerapan Sapi atau Bull Race, menjadi kesenian paling populer dan paling diminati masyarakat Madura.
Sumber lain menyebutkan, Bull Race bukan muncul di akhir abad 13, melainkan pada abad 14 atas prakarsa Pangeran Adi Poday, anak Panembahan Walingi yang berkuasa di daerah Kepulauan Sapudi. Pulau Sapudi masuk dalam wilayah Kabupaten Sumenep. Kehidupan masyarakat di pulau Sapudi adalah bercocok tanam dan membajak sawah dengan menggunakan tenaga sapi atas izin dan dukungan Adi Poday. Berkat prakarsa itu, Adi Poday berhasil membuat pertanian di pulau Sapudi lebih maju dari tahun-tahun sebelumnya. Setelah itu, ia pergi ke Sumenep.
Di Sumenep, ia mengajak masyarakat membajak sawah dengan menggunakan tenaga sapi juga. Akhirnya, semua masyarakat membajak sawah dengan menggunakan tenaga sapi. Bahkan, lambat-laun mereka balapan atau adu cepat dalam setiap membajak sawahnya. Atas dasar semangat itu, kemudian diadakan perlombaan balapan sapi, yang kini dikenal dengan tradisi kerapan sapi. Kedua tradisi itu, membajak sawah dengan tenaga sapi dan kerapan sapi masih dilestarikan masyarakat Madura hingga sekarang. Di kampung-kampung dan persawahan Madura, tetap menggunakan tenaga sapi warisan Adi Poday untuk menggali hasil bumi, meski telah ada mesin pembajak sawah.
Terlepas dari perdebatan sejarah, Kerapan Sapi tetap menjadi perlombaan yang musti dilestarikan sebagai kebanggaan masyarakat Madura. Sesuai dengan namanya, “kerapan” berasal dari kata “kerap”: berangkat dan dilepas secara bersama-sama atau berbondong-bondong. Orang Madura menyebut kerapan sapi adalah pacuan sapi (adduen sapeh, Bahasa Madura), mengadu sapi sehingga bisa lebih cepat sampai ke garis finish.
Penting diketahui, di pulau yang dikenal masyarakat agamis ini, tidak hanya terdapat kerapan Sapi, tetapi banyak pacuan-pacuan lain seperti Kerapan Kerbau (Pulau Kangean), Kerapan Kambing dan Kerapan Kelinci.
Dalam perkembangannya. Kerapan Sapi melibatkan beberapa orang untuk menyukseskan perlombaan, tidak seperti dulu (sebagaimana membajak sawah) yang hanya butuh satu orang. Orang-orang yang terlibat dalam setiap perlombaan Bull Race di antaranya; pertama, tokang tongko’, orang yang bertanggungjawab mengendalikan Sapi di atas kaleles. Cepat lambat dan lurusnya jalan Sapi di lapangan sangat bergantung kepada tokang tongko’ itu. Kedua, tokang gettak, orang yang menggertak Sapi agar pada saat diberi aba-aba, Sapi dapat lari dengan cepat. Pancalan awal Sapi bisa berangkat dengan cepat atau tidak bergantung kepada tokang gettak. Ketiga, tokang tonja, orang yang menuntun Sapi. Sapi Kerapan biasanya tanpa dikendalikan oleh ahlinya akan mudah ghebel (lari tak tentu arah), ini kemudian membutuhkan tokang tonja untuk mengendalikan Sapi. Ketiga, tukang gubra, rombongan yang bertugas memberi semangat pada Sapi pacuan agar larinya cepat. Rombongan ini biasanya membunyikan segala macam tabuhan semacam saronin sehingga sapi terlihat tegar dan bersemangat. Terakhir, tokang tambeng, orang yang menahan tali kekang (tongar) Sapi sebelum dilepas.
Kendati banyak cara agar sapi pacuan cepat larinya, penulis belum menemukan literature bahwa dalam kerapan sapi harus dengan kekerasan. Penulis juga tak menemukan, bahwa tempo dulu, tokoh-tokoh Madura melakukan penyiksaan dalam setiap perlombaan kerapan sapi larinya lebih cepat.

Nilai Tradisi yang Perlu di Lestarikan
Kerapan Sapi mengandung nilai tradisi sangat tinggi terutama bagi masyarakat Madura. Hal ini menjadi munculnya semangat kerja keras orang Madura yang pantang menyerah. Filosofi orang Madura asapo’ angin salanjengah (berselimut angin sepanjang masa) merupakan semangat pantang menyerah sebelum mencapai tujuan. Nilai semangat juang tersebut juga tercermin dalam setiap prosesi Kerapan Sapi. Dalam Kerapan Sapi nilai-nilai yang patut dijadikan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan adalah kerja keras, kerja sama, persaingan, dan sportivitas.
Pertama, kerja keras, setiap orang yang ingin menggapai kesuksesan atau berusaha ingin mencapai cita-cita harus bekerja keras. Kerja keras disini tidak hanya sebatas mengandalkan otot tetapi juga otak. Sehingga ketika bekerja keras harus pula bekerja cerdas. Hal ini tergambar dalam proses latihan sapi sebelum masuk ke arena perlombaan. Pemilik sapi terlebih dahulu harus melatih Sapi dengan sabar dan terus menerus agar sapi yang akan dipacu kuat dan tidak gugup ketika masuk ke lapangan yang sesak dengan penonton.
Kedua, kerja sama. Bagian ini merupakan kewajiban yang tidak bisa dilepaskan. Dalam proses perlombaan Kerapan Sapi, harus melibatkan beberapa pihak lain seperti tokang tongko’, tokang gettak, tokang tonja, tokang tambeng dan lain-lain sehingga Sapi pacuan itu bisa sampai ke garis finish mendahului yang lain. Nilai kerja sama termaktub dalam usaha tersebut. Sebab, tanpa adanya kerjasama tidak mungkin Kerapan Sapi bisa berlangsung sesuai dengan ketentuan. 
Ketiga, persaingan, dalam Kerapan Sapi peserta berusaha keras dengan harapan Sapi pacuannya berlari cepat dan mengalahkan pacuan-pacuan Sapi lawan. Inilah nilai persaingan yang ketat menemukan maknanya. Keempat, dalam persaingan yang ketat, tidak boleh ada kecurangan, setiap peserta harus sportive. Tiap peserta tidak boleh curang; peserta harus menerima kekalahan bukan hanya bisa menerima kemenangan saja.
Dengan demikian, pesan-pesan moral dan semangat juang dalam tradisi Kerapan Sapi itu harus menjadi pedoman yang mesti dilestarikan. Tidak boleh hancur di telan masa. Tradisi masyarakat Madura yang baik, harus tetap utuh dan tak boleh ambruk. Bahkan harus dikembangkan dan dijaga kelestariannya oleh masyarakat Madura sendiri. Lalu, siapa lagi yang akan melestarikan jika bukan kita, orang Madura?


KOMENTAR

banner Selamat Datang di busritoha.blogspot.com semoga bermanfaat
Nama

ARTIKEL,13,Catatan Harian,10,Cerita,6,JENDELA,33,lucu,3,News,11,OPINI,34,
ltr
item
Busri Toha: Kerapan Sapi
Kerapan Sapi
Busri Toha
https://busritoha.blogspot.com/2013/11/kerapan-sapi.html
https://busritoha.blogspot.com/
http://busritoha.blogspot.com/
http://busritoha.blogspot.com/2013/11/kerapan-sapi.html
true
8564605806601913725
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Selengkapnya Balas Cancel reply Hapus Oleh Beranda Halaman Postingan View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE CARI ALL POSTS Not found any post match with your request KEMBALI KE BERANDA Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy