body { font: normal normal 12px 'Roboto', sans-serif; color: #000000; background: #FFF none repeat scroll top left; } .header-button { display: block; height: 60px; line-height: 60px; background: #010048; }

Cerita Rakyat dari Desa

Pupuk langka. Meski sudah memasuki musim tanam jagung dan padi, tapi toko-toko dan kios-kios yang biasa mengecer pupuk, tidak lagi buka. Sto...

Pupuk langka. Meski sudah memasuki musim tanam jagung dan padi, tapi toko-toko dan kios-kios yang biasa mengecer pupuk, tidak lagi buka. Stok tidak tersedia. Pengiriman tiada. Ini merupakan kisah nyata. Cerita rayat jelata yang hidup di desa bergelimang duka, bukan harta seperti para penguasa.

Konon, belakangan telah berlaku ketentuan baru, untuk mendapat pupuk, rakyat harus beregu, tidak boleh satu agar tidak hanya mengusap dagu. Jika tidak, alasannya telah dibeli orang yang lebih dulu. Itu bukan kesalahan penjual di Toko, tapi karena permainan orang-orang mampu.

Walau pupuk ada, Itupun alokasinya terbatas, mustahil bisa mendapatkan pupuk hingga puas. Ini adalah realitas yang memang direkayasa orang-orang atas, yakni pemerintah yang mengaku abdi Negara paling pas. Tidak hanya pupuk yang dibikin langka. Tapi juga Kebutuhan-kebutuhan yang lain menjadi lahan permainan elite penguasa. Rakyat desa dibiarkan hidup menderita.

Misalnya saja, kini membuat KTP tidak cukup dengan waktu hanya tiga hari. Berbulan-bulan dan berhari-hari harus menanti karena alasan yang tidak pasti. Masyarakat hanya dibuatkan janji, “parani tiga hari lagi, KTP-nya akan jadi”.

Tapi ketika rakyat menepati hari yang disepakati, mereka harus gigit jari. Ternyata KTP masih belum jadi dengan alasan “belum ditanda tangani dan pimpinan sedang pergi”. Rakyat desa itu harus pulang dan diminta kembali seminggu lagi. Padahal ongkos untuk pergi membuat KTP hasil pinjam dan telah ditagih untuk melunasi.

Begitulah bila orang miskin desa berusaha ingin menjadi warga Negara yang baik dengan membuat KTP sebagai tanda penduduk Indonesia, tapi selalu saja dihalang-halangi oleh mereka yang berkuasa. Sikapnya ketus dan acuh tak acuh. Seperti raja yang goblok tetapi rakus. Bertopeng insan atau pejabat idaman berhati setan peliharaan.

Namun, akn berbeda perlakuannya bila orang-orang berduit yang minta dibuatin KTP, pasti lebih mudah dan cepat saji. Apalagi masih menyelibkan sesuatu pada jari, seperti uang sebagai tambahan gaji. Pasti lebih cepat proses membuat KTP. Ini bukan hanya pengaruh kapitalisme dengan anak buahnya hedonisme, tetapi karena hatinya buta. Pikirannya hanya uang dan uang semata. Tak peduli meski korbannya rakyat jelata yang telah menderita. Kedaulatan rakyat diperkosa. Mereka ingin menjadi warga Negara tetapi harus menguras tenaga. Bukan hanya raga tetapi juga harta.

Kini, masyarakat petani di desa benar-benar berada di puncak kebingungan yang tiada henti. Kemana harus mencari? Kepada siapa harus mengadu nasib diri? Para wakil rakyat sibuk berebut kursi, takut tidak jadi wakil rakyat lagi pada priode mendatang nanti. Pemerintah juga ruwet memikirkan kenaikan pangkat dan gaji. Rakyat benar-benar tersakiti. Kegiatan sogok-menyogok dianggap kebiasaan suci. Astghfirullah…! Ada apa di negeri ini?

Dalam Islam, Allah berfirman bahwa orang yang menyogok dan orang menerima sogokan, Neraka tempatnya. Allah mengancam terhadap prilaku sogok menyogok. Karena Allah tidak ingin membedakan makhluk-Nya baik yang masih sehat maupun sudah jongkok. Semua makhluk dihadapan-Nya adalah sama. Tidak ada yang beda. Tergantung taqwa dan kekuatan iman di dada. Jangan merasa bangga hanya karena berlimpah harta, apalagi hasil korupsi milik rakyat desa. Untuk itu, rakyat tidak boleh diperlakukan beda karena berdasarkan pangkat atau jabatan semata.

Bila prilaku ini terus berlanjut, Indonesia akan menjadi Negara bangkrut. Jangan berharap negari ini akan maju bila rakyatnya selalu ditipu. Kenyataan ini terasa miris, tapi jika memberontak dianggap apatis, sadis dan anarkis. Kesalahan dan keserakahan telah menjadi kebiasaan. Ia tidak lagi dianggap sebagai perbuatan keji, tapi suci. Di muka umum berkata ikhlas dan berjuang demi rakyat. Tapi dibalik itu, rakyat diperas.

Mereka telah mengkhianati sumpah jabatan. Mengkhianati rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Mengkhianati amanah para pahlawan. Masyarakat tetap dibiarkan hidup dalam kesengsaraan.

Kesejahteraan masyarakat yang mustinya mereka perjuangkan, tapi hanya dijadikan sebagai batu loncatan untuk kenaikan jatabatan. Rakyat dibikin hidup terasing di negeri sendiri. Lalu, berapa ribu dosa yang harus ditanggung kepada negeri ini? Kapan derama ini akan diakhiri dan disadari?

Tidak cukup hanya berharap pada generasi nanti, tapi penguasa dan generasi saat ini harus diperbaiki. Buka mata buka hati agar dapat melihat kekuasaan ilahi yang tidak hanya terbentang dari Sabang sampai Meraoke. Bangunlah negeri…! Generasimu menanti…! Ditulis di Basoka pada 10 November 2008



KOMENTAR

banner Selamat Datang di busritoha.blogspot.com semoga bermanfaat
Nama

ARTIKEL,13,Catatan Harian,10,Cerita,6,JENDELA,33,lucu,3,News,11,OPINI,34,
ltr
item
Busri Toha: Cerita Rakyat dari Desa
Cerita Rakyat dari Desa
Busri Toha
http://busritoha.blogspot.com/2008/12/cerita-rakyat-dari-desa.html
http://busritoha.blogspot.com/
http://busritoha.blogspot.com/
http://busritoha.blogspot.com/2008/12/cerita-rakyat-dari-desa.html
true
8564605806601913725
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Selengkapnya Balas Cancel reply Hapus Oleh Beranda Halaman Postingan View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE CARI ALL POSTS Not found any post match with your request KEMBALI KE BERANDA Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy