SETIAP manusia dipastikan memiliki persoalan, baik masalah yang telah dilalui maupun yang akan dihadapi. Sebab, tiap insan yang dilahirkan ...
SETIAP manusia dipastikan memiliki persoalan, baik masalah yang telah dilalui maupun yang akan dihadapi. Sebab, tiap insan yang dilahirkan ke dunia tidak akan pernah lepas dari permasalahan. Tentu saja, permasalannya sesui dengan tingkat dan kadar persoalannya.
Pemuda, mereka pastikan mempunyai masalah tentang kepemudaan, seperti persoalan pacaran, persoalan pelajaran, persoalan pendidikan bahkan persoalan uang yang tidak diberikan orang tuanya. Atau saja, mereka dihadapkan dengan masalah keluarga karena kedua orang tuanya broken home. Bagi pemuda yang sudah bekerja, mereka akan memiliki persoalan dengan pekerjaan.
Tenaga pendidik, guru atau pengajar, mereka juga mempunyai permasalahan dengan kantor, dengan anak didik atau siswanya. Bukan hanya masalah tentang pelajaran yang akan diberikan kepada siswa, tetapi juga persoalan rebutan tunjangan dan sertifikasi antar sesama guru. Mereka seperti buruh perusahaan atau pabrikan. Mereka akan bertengkar antar sesama buruh hingga tidak ada singkronisasi dengan atasan.
Itulah mungkin yang disebut dengan goncangan jiwa, gejolak batin karena tidak ada kepuasan pada masing-masing karyawan atau guru. Tidak adanya sesuaian antara apa yang diinginkan dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Mereka ingin menciptkan A tetapi, yang lain ingin menjadi B.
Dilingkungan kaum petani, mereka selalu juga dihadapkan dengan masalah yang tak kunjung selesai. Masing-masing petani berhadapan dengan persaoalan sulitnya pupuk atau tidak tumbuh berkembangnya tanaman. Selain itu, mereka masih dihadapkan dengan kesulitan mencari dana untuk membeli pupuk atau barang yang bisa mengembangkan tanamannya.
Setelah tanaman mereka usai dan siap dijual, lagi-lagi mereka masih dihadapkan persoalan harga yang dianggap murah karena tidak sesuai dengan harga yang mereka bayangkan semula. Misalnya, harga tembakau yang diperkirakan akan mahal, ternyata ketika tembakaunya dijual, murahnya minta ampun.
Tetapi, bagi petani, untungnya tidak lepas dari rasa syukur. Buktinya, baik harga itu murah maupun mahal, pada endingnya selalu tertawa dan tersenyum. Mungkin saja, itu adalah bagian dari bentuk syukur mereka kepada Allah yang maha kuasa sehingga meski harga murah masih sempat mereka tersenyum. ”Iya kalau memang rejeki kita secangkir, pasti tidak akan lebih,” kata mereka.
Para pedagang, bukan berarti mereka santai tanpa persoalan. Justru, mereka setiap hari harus mengerjitkan dahi karena fluktuatifnya harga. Karena tidak ada singkronisasi dengan apa yang mereka inginkan. Tiap hari, mereka seringkali “bertengkar” dengan sang saudagar maupun dengan pelanggan.
Disektor pemerintahan, para pejabat pemerintah, aparatur negera, hingga pejabat teratas dilingkungan negara, tidak lepas dengan persoalan. Baik persoalan administrasi, undang-undang hingga persoalan korupsi yang dihadapi. Mereka sebagai abdi negara, harus selalu berbuat sesuai dengan hati nurani rakyat, tetapi masih saja tidak sesuai. Disisi lain, mereka punya kepentingan yang ingin di selipkan didalamnya. Beragam persoalan mereka hadapi.
Bagi abdi negara yang dihadapkan dengan persoalan korupsi, bukan berarti selesai
ketika sudah berada di meja persidangan. Mereka masih menghadapi masalah baru yakni citra yang jelek hingga pengabnya hidup dalam penjara.
Rupanya, hidup ini tidak lepas dari persoalan. Tiap saat dan berada dimanapun selalu saja dihadapkan dengan permasalahan yang silih berganti dan bertubi-tubi. Kita sulit untuk menghidar dari persoalan yang datang. Semakin kita menjauh, semakin datang masalah, dengan model dan sistem persoalan yang baru pula.
Mengikuti Kata Hati
Karena masalah tidak akan pernah berhenti, manusia dituntut untuk tidak pernah putus asa dalam menghadapi masalah yang mereka hadapi. Atau meminjam istilah dalam Islam, kita tidak diperbolehkan putus asa dalam mencari Rahmat Allah.
Ketika masalah yang dihadapi selalu berutubi-tubi, rupanya kita diharuskan selalu mengikuti kata hati. Sebab, suara hati akan selalu mengajak kepada jalan kebaikan bukan keburukan. Bahkan, suara hati, bisa membuat kehidupan manusia sejahtera, bagia penuh dengan ketenangan. Sebab, ketenangan seseorang bukan terletak dari harta dan kekayaan. Bukan berarti harta dan kekayaan tidak penting. Tetapi, ketika ketenangan batin tidak ada, semua tidak berarti apa-apa.
OLEH BUSRI TOHA
Ditulis pada Jumat, 27 Agustus 2010 M
Pemuda, mereka pastikan mempunyai masalah tentang kepemudaan, seperti persoalan pacaran, persoalan pelajaran, persoalan pendidikan bahkan persoalan uang yang tidak diberikan orang tuanya. Atau saja, mereka dihadapkan dengan masalah keluarga karena kedua orang tuanya broken home. Bagi pemuda yang sudah bekerja, mereka akan memiliki persoalan dengan pekerjaan.
Tenaga pendidik, guru atau pengajar, mereka juga mempunyai permasalahan dengan kantor, dengan anak didik atau siswanya. Bukan hanya masalah tentang pelajaran yang akan diberikan kepada siswa, tetapi juga persoalan rebutan tunjangan dan sertifikasi antar sesama guru. Mereka seperti buruh perusahaan atau pabrikan. Mereka akan bertengkar antar sesama buruh hingga tidak ada singkronisasi dengan atasan.
Itulah mungkin yang disebut dengan goncangan jiwa, gejolak batin karena tidak ada kepuasan pada masing-masing karyawan atau guru. Tidak adanya sesuaian antara apa yang diinginkan dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Mereka ingin menciptkan A tetapi, yang lain ingin menjadi B.
Dilingkungan kaum petani, mereka selalu juga dihadapkan dengan masalah yang tak kunjung selesai. Masing-masing petani berhadapan dengan persaoalan sulitnya pupuk atau tidak tumbuh berkembangnya tanaman. Selain itu, mereka masih dihadapkan dengan kesulitan mencari dana untuk membeli pupuk atau barang yang bisa mengembangkan tanamannya.
Setelah tanaman mereka usai dan siap dijual, lagi-lagi mereka masih dihadapkan persoalan harga yang dianggap murah karena tidak sesuai dengan harga yang mereka bayangkan semula. Misalnya, harga tembakau yang diperkirakan akan mahal, ternyata ketika tembakaunya dijual, murahnya minta ampun.
Tetapi, bagi petani, untungnya tidak lepas dari rasa syukur. Buktinya, baik harga itu murah maupun mahal, pada endingnya selalu tertawa dan tersenyum. Mungkin saja, itu adalah bagian dari bentuk syukur mereka kepada Allah yang maha kuasa sehingga meski harga murah masih sempat mereka tersenyum. ”Iya kalau memang rejeki kita secangkir, pasti tidak akan lebih,” kata mereka.
Para pedagang, bukan berarti mereka santai tanpa persoalan. Justru, mereka setiap hari harus mengerjitkan dahi karena fluktuatifnya harga. Karena tidak ada singkronisasi dengan apa yang mereka inginkan. Tiap hari, mereka seringkali “bertengkar” dengan sang saudagar maupun dengan pelanggan.
Disektor pemerintahan, para pejabat pemerintah, aparatur negera, hingga pejabat teratas dilingkungan negara, tidak lepas dengan persoalan. Baik persoalan administrasi, undang-undang hingga persoalan korupsi yang dihadapi. Mereka sebagai abdi negara, harus selalu berbuat sesuai dengan hati nurani rakyat, tetapi masih saja tidak sesuai. Disisi lain, mereka punya kepentingan yang ingin di selipkan didalamnya. Beragam persoalan mereka hadapi.
Bagi abdi negara yang dihadapkan dengan persoalan korupsi, bukan berarti selesai
ketika sudah berada di meja persidangan. Mereka masih menghadapi masalah baru yakni citra yang jelek hingga pengabnya hidup dalam penjara.
Rupanya, hidup ini tidak lepas dari persoalan. Tiap saat dan berada dimanapun selalu saja dihadapkan dengan permasalahan yang silih berganti dan bertubi-tubi. Kita sulit untuk menghidar dari persoalan yang datang. Semakin kita menjauh, semakin datang masalah, dengan model dan sistem persoalan yang baru pula.
Mengikuti Kata Hati
Karena masalah tidak akan pernah berhenti, manusia dituntut untuk tidak pernah putus asa dalam menghadapi masalah yang mereka hadapi. Atau meminjam istilah dalam Islam, kita tidak diperbolehkan putus asa dalam mencari Rahmat Allah.
Ketika masalah yang dihadapi selalu berutubi-tubi, rupanya kita diharuskan selalu mengikuti kata hati. Sebab, suara hati akan selalu mengajak kepada jalan kebaikan bukan keburukan. Bahkan, suara hati, bisa membuat kehidupan manusia sejahtera, bagia penuh dengan ketenangan. Sebab, ketenangan seseorang bukan terletak dari harta dan kekayaan. Bukan berarti harta dan kekayaan tidak penting. Tetapi, ketika ketenangan batin tidak ada, semua tidak berarti apa-apa.
OLEH BUSRI TOHA
Ditulis pada Jumat, 27 Agustus 2010 M
KOMENTAR