body { font: normal normal 12px 'Roboto', sans-serif; color: #000000; background: #FFF none repeat scroll top left; } .header-button { display: block; height: 60px; line-height: 60px; background: #010048; }

Petani Tembakau Menangis

Ambruknya harga tembakau di Madura, tahun 2010, menyebabkan ratusan petani "daun emas" mengalami kerugian. Tidak sedikit di antara...

Ambruknya harga tembakau di Madura, tahun 2010, menyebabkan ratusan petani "daun emas" mengalami kerugian. Tidak sedikit di antara mereka, usai panen tembakau harus menanggung beban hutang yang sangat tinggi. Karena modal yang mereka gunakan tanam tembakau adalah hasil pinjaman yang harus dilunasi.

Rusaknya harga karena kualitas tembakau tidak bagus. Itu disebabkan hujan terus menerus mengguyur sebagian pulau Madura selama musim tembakau. Hujan yang tidak tentu itu, membuat tembakau berkualitas jelek. Bahkan, tembakau pegunungan, yang diharapkan lebih bagus dibanding tembakau persawahan (dataran rendah), juga nyaris rusak dan berwarna merah secara keseluruhan.

Karena kerusakan kualitas tembakau itu, pabrikan mempunyai alasan untuk membeli tembakau dengan harga sangat murah. Dalihnya, tembakau rusak atau tidak bagus sehingga tidak bisa dibeli dengan mahal. Meski, alasan itu sudah menjadi dalil basi dari pabrikan dalam setiap musim tembakau. Namun, tetap saja menjadi alasan yang seakan dipaksakan.

Tahun lalu, 2009, kualitas tembakau milik petani sangat bagus. Sebab, kemarau cukup cerah selama musim tanam hingga panen tembakau. Tapi, lagi-lagi, harga tembakau murah. Alasannya, tembakau di pabrikan menumpuk dan tidak terlalu membutuhkan tembakau.

Berdasarkan pengamatan penulis, rusaknya harga tembakau bukan hanya sekedar tembakau itu sendiri atau karena hujan yang terus mengguyur. Tetapi, patut diduga, karena adanya permainan harga antara penguasa dengan pihak pabrikan. Sehingga, tembakau milik petani dibeli dengan harga terlalu murah.

Proses permainan harga sangat jelas terjadi karena sang pemilik barang tidak bisa menentukan harga tembakaunya. Ibarat sebuah toko besar, sang pemilik toko tidak bisa menentukan harga barang-barang yang ada dalam toko itu. Harga barang dalam toko itu, justru ditentukan oleh orang yang datang untuk membeli.

Dalam proses jual beli tembakau, setelah tiga bulan ditanam petani, ketika panen dan akan dijual, mereka tidak bisa menentukan harga. Justru pembelilah yang menentukan harga itu. Proses semacam itu, sudah berlangsung bertahun-tahun. Bahkan, selama tiga tahun terakhir ini, petani tembakau banyak yang dirugikan karena harga yang sangat murah.

Pada tahun 2010, harga tembakau di pedesaan berkisar Rp 20 ringga Rp 25 ribu, itu sudah tembakau dengan kualitas paling bagus. Sementara, tembakau dengan kualitas jelek, berkisar Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu per kilo gram. Harga tersebut, tentu saja sangat merugikan petani tembakau. Sebab, proses tanam tembakau tidak mudah dan bahkan harus mengeluarkan dana jutaan rupiah.

Sunahwi, 45, warga desa Basoka Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep, Jawa Timur mengaku sangat rugi karena tembakau dengan modal tanam Rp 5 juta tapi ketika panen dan dijual sisa uang hanya berkisar Rp 1,5 juta. "Entahlah, saya sudah tiga tahun terakhir ini selalu tidak diuntungkan tembakau," ujarnya.

Menurut dia, proses tanam tembakau setelah berlangsung tiga bulan, tembakau itu, di petik dari pohon bersama warga sekitar secara gotong royong. Usai dipetik, tembakau itu tidak langsung dikeringkan. Tetapi, harus didiamkan selama tiga hari di tempat yang teduh agar menguning.

Setelah kuning atau tidak mentah lagi, barulah tembakau itu, dipotong-potong dengan halus dan kemudian dikeringkan menggunakan gedek ditempat yang mudah terkena sinar matahari. Selam proses itu, tembakau tidak boleh terkena air hujan karena berakibat rusak pada tembakau dan berwarna merah dan bahkan hitam dengan bau tak sedap.

Kini, tembakau yang kerjanya menguras tenaga itu, tak lagi menjadi kebanggaan petani tembakau di Madura. Sebab, tembakau tidak lagi menguntungkan petani, hanya merugikan dan selalu menyisakan hutang dari modal yang mereka keluarkan. Jangan heran, jika banyak orang Madura tahun 2010 ini, pasca tanam tembakau, mereka merantau keluar Madura. Mereka mencari penghasilan lain di luar Madura.

Padahal, menurut cerita masyarakat Madura, berkisar tahu 1990- an, satu kilogram tembakau bisa membeli satu gram emas. Tetapi, kali ini, jangankan membeli satu gram emas, terkadang tanaman 10 ribu bibit tembakau, tidak bisa membeli satu setel pakaian seharga Rp 30 ribu. Bahkan, masih bersisa hutang yang dijadikan modal awal tanam yang sering kali tidak mencukupi. Parah...!


KOMENTAR

BLOGGER: 5
Loading...
banner Selamat Datang di busritoha.blogspot.com semoga bermanfaat
Nama

ARTIKEL,13,Catatan Harian,10,Cerita,6,JENDELA,33,lucu,3,News,11,OPINI,34,
ltr
item
Busri Toha: Petani Tembakau Menangis
Petani Tembakau Menangis
Busri Toha
http://busritoha.blogspot.com/2010/10/menelisik-bangkrutnya-petani-tembakau.html
http://busritoha.blogspot.com/
http://busritoha.blogspot.com/
http://busritoha.blogspot.com/2010/10/menelisik-bangkrutnya-petani-tembakau.html
true
8564605806601913725
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Selengkapnya Balas Cancel reply Hapus Oleh Beranda Halaman Postingan View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE CARI ALL POSTS Not found any post match with your request KEMBALI KE BERANDA Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy