PEMERINTAH memberikan perhatian cukup serius terhadap kesehatan masyarakat. Baru-baru ini (31/12), Presiden RI Dr Susilo Bambang Yud...
PEMERINTAH memberikan perhatian cukup serius
terhadap kesehatan masyarakat. Baru-baru ini (31/12), Presiden RI Dr Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) meresmikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan dan termasuk juga peluncuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Barangkali, dengan diresmikan jaminan kesehatan, SBY
sudah tak mau mendengar lagi keluhan masyarakat tidak mampu yang ditolak oleh rumah
sakit untuk berobat. Kecelakaan kerja dibiarkan tanpa perawatan dan pelayanan
medis. SBY ingin masyarakat sehat dan tidak ada yang sakit. Sungguh ini
perhatian sangat berharga dari pimpinan negara.
Bagi saya, langkah yang dilakukan SBY sangat tepat.
Sebab, kesehatan sangat penting. Semoga, pelaksana dari keputusan Presiden,
benar-benar menjalankan amanat negara. Sebab, Presiden bukan hanya tidak ingin
mendengar rakyat tidak mampu ditolak untuk berobat, tetapi beliau juga tidak
ingin mendapat informasi bahwa program itu disalahgunakan.
Itulah mungkin tafsiran saya tentang harapan SBY dalam
program ini. Tafsir saya ini, barangkali banyak yang salah. Tapi, setidaknya,
harapan semua masyarakat tak jauh beda dengan harapan saya. Termasuk juga, pelayanan.
Pelayanan kesehatan baik bidan, dokter, perawat, dan lain-lain di pusat
pelayanan kesehatan masyarakat berjalan maksimal. Apalah arti suatu program
kesehatan jika realisasi di lapangan tak berjalan maksimal. Pelayanan kesehatan
yang baik akan mengurangi separuh dari penyakit yang diderita seseorang.
Suatu ketika, saya memiliki seorang teman. Dia punya anak baru lahir. Namun, tak selang
berapa lama, anaknya sakit. Setelah diobati dengan berbagai pengotan
tradisional, tak kunjung sembuh.
Akhirnya sang anak dibawa ke bidan desa. Namun,
alangkah sedihnya, bidan desa sedang tidak ada di tempat tugas. Ibu bidan
sedang ada acara.
Dugaan teman saya itu, Ibu bidan memang sedang ada
acara kedinasan. Keesokan harinya, dia datang kembali. Dia membawa anaknya
karena siang malam menangis. Namun, alangkah kagetnya bidan desa juga tidak
ada. Bagaimana mungkin akan memberikan pelayanan jika petugas tidak ada. Ini
menunjukkan bahwa pelayanan tak maksimal. Padahal, ditempatkannya bidan di
suatu desa agar memberikan pelayanan kesehatan maksimal ditingkat desa.
Memang, pelayanan harus berjalan maksimal. Namun, kita
tak dapat selalu menyalahkan pelayanan kesehatan yang kadang amburadul itu. Keinginan
untuk hidup sehat harus tumbuh dari diri sendiri.
Ini kemudian mengingatkan saya pada cerita seorang kakek
tua di desa. Sang kakek tua ini bercerita, ketika masih muda dulu, dia memiliki
seorang teman yang sangat tegar, sehat dan bekerja keras. Bahkan, dia tidak
memikirkan fisiknya sendiri demi memperoleh harta yang dia inginkan.
Dari usahanya, dia memang benar-benar berhasil.
Kekayaan harta berhasil diperoleh. Bahkan, mungkin saja kekayaan yang dia dapat
bisa cukup tujuh turunan.
Namun, kenyataan berbeda. Menjaga kesehatan sebelum
sakit, sebagaimana disampaikan Nabi Muhammad, tidak dia renungkan dan jalankan dari
awal. Kini, ketika kekayaan sudah menumpuk dan menggunung, dirinya tidak bisa
apa-apa. Penyakit mulai merasuki. Mulai dari dukun, dokter dan segala
pengobatan, dia datangi. Tapi tak ada yang berhasil.
Akhirnya, kekayaan yang dia peroleh terpaksa dihabiskan
untuk mengobati penyakit yang diderita. Dia harus membeli kesehatan dengan
harta yang telah didapatkan.
Saya kemudian menjadi teringat dengan SMS seorang
teman. SMS ini sudah datang sekitar satu tahun silam. Tetapi, masih saya
simpan.
Dalam SMS itu bahwa kesehatan sangat
berharga untuk keberlangsung hidup manusia. Allah telah memberikan kesehatan
yang musti dijaga oleh manusia. Dia mencontohkan, bahwa harga
oksigen Rp 25.000/liter. Sedangkan harga nitrogen kurang lebih sekitar Rp
9.950/liter dan dalam 1 hari, manusia harus menghirup 2.880
liter oksigen dan 11.376 liter nitrogn.
Jika diuangkan, maka oksigen dan
nitrogen yang dihirup dalam setiap 1 orang, bila 1 hari = Rp
185 juta. Bila 1 bulan = Rp 5,5 miliar, sehingga jika dalam jangka 1
tahun = Rp 66 miliar.
Nah, ketika dikalikan dengan umur manusia, semisal berumur 50 tahun, maka Allah
SWT sudah memberikan Rp 3,3 triliun sacara gratis pada masing-masing
manusia.
SMS ini, memang saya tidak tahu pasti kebenarannya
tentang harga tersebut. Tetapi, jika memang benar, ini luara biasa. Ini
mengingatkan saya terhadap Hadist Nabi bahwa Rasulullah
bersabda, ”Ada
dua kenikmatan, banyak manusia menjadi merugi gara-gara dua kenikmatan ini,
yaitu; nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang”. (HR Imam Bukhari).
Pada akhirnya, seberapa kuat JKN mampu mensyukuri
fasilitas kesehatan yang diberikan oleh Tuhan. Seberapa perduli negara terhadap
kesehatan rakyat.
Awal tahun 2014 ini, semoga kita sehat selalu. Kurangi
emosi diri, lakukan evaluasi agar kesehatan tetap terjaga. (*)
OLEH BUSRI TOHA
KOMENTAR