PAGI ini, bocah kecil ini menangis. Saya menggendong lalu membawanya keliling sekitar rumah. Melihat pemandangan indah dan men...
PAGI ini, bocah
kecil ini menangis. Saya menggendong lalu membawanya keliling sekitar rumah. Melihat
pemandangan indah dan menikmati segarnya udara pagi. Supaya suasana lebih
hidup, sambil membaca shalat Nabi.
Ya Nabi Salam ‘alaika, Ya Rasul
Salam ‘alaika. Ya Habib Salam ‘alaika, Shalawatullah ‘alaika.
Shalawat
itu, terus saya baca berulang-ulang sambil menggendong si kecil. Kadang saya
ajak bicara meski dia tak mengerti. Saya bercerita tetang Nabi Muhammad, Rasulullah
yang telah membawah umat Islam dari alam jahiliah
menuju alam penuh akhlak.
Nak, Nabi
Muhammad adalah utusan Allah. Beliau membawa Agama Islam dan mengajarkan kepada
kita tetang akhlak mulai. Mengajar tentang kehidupan dari hal yang paling kecil
hingga persoalan besar.
Kita bisa
hidup seperti sekarang karena Nabi Muhammad. Kata Allah, Tuhan Semesta Alam,
menciptakan dunia beserta isinya karena Muhammad. Maka, ketika sudah
baligh kelak, kau harus menjadi pengikut sang proklamator Islam. Ahli surga.
Berakhlak mulai ala Rasulullah. Jadikanlah Al-Quran dan Hadist sebagai jalan
hidupmu. Maka kau akan selamat dunia dan akhirat.
Itulah pesan
sedikit disampaikan kepada anak yang sedang saya gendong. Saya tidak tahu,
apakah si kecil mengerti atau tidak. Sebab, berbicara saja masih belum bisa.
Namun, saya yakin, suatu saat anak yang belum berumur dua tahun ini, akan
memahaminya.
Sambil
menyampaikan pesan itu, saya melihat para tetangga yang sedang sibuk untuk
mengeringkan tembakaunya. Maklum, sekarang musim tembakau. Di desa saya, sudah
biasa saling membantu satu sama lain, untuk mengangkut tembakau itu ke lahan
luas. Sebenarnya, saya juga ingin membantu mereka. Tetapi, saya tidak bisa.
Tak lama, setelah
berputar sambil jalan-jalan sekitaran rumah, saya mendengar suara ayam. Suara
itu, terdengar begitu berbeda dari biasanya. Seperti suara ayam sedang sakit.
Sambil menggendong anak, saya cari sumber suara ayam itu.
Ternyata,
ayam kampung hasil pemberian buyut si kecil, sedang kesakitan. Matanya memerah.
Tengkernya seakan rusak. Kata tetangga, jika tidak segera disembelih, maka ayam
itu akan menjadi bangkai. Ketika menjadi bangkai tidak bisa di makan. Kata guru,
haram memakan bangkai.
Akhirnya,
ayam milik anak saya ini harus disembelih. Agar tidak hanya untuk kepentingan
makan, mengundang tetangga untuk mengaji dan mengadakan selamatan. Ayam boleh mati
tetapi semangat untuk terus berjuang dan berdoa kepada Ilahi, tak boleh sirna. Semoga
hidayah Tuhan akan selalu bersama kita semua. Amin.
KOMENTAR