body { font: normal normal 12px 'Roboto', sans-serif; color: #000000; background: #FFF none repeat scroll top left; } .header-button { display: block; height: 60px; line-height: 60px; background: #010048; }

Kemuliaan Buruh Tani

foto google.co KEMULIAAN dan kesenangan menjadi sulit dibedakan. Keluhuran dan kekayaan nyaris tiada beda. Kita lebih senang menc...



foto google.co
KEMULIAAN dan kesenangan menjadi sulit dibedakan. Keluhuran dan kekayaan nyaris tiada beda. Kita lebih senang mencari kekayaan bukan kebaikan. Kita lebih suka mencari ketenaran bukan keluhuran budi. Kekayaan dianggap kebaikan meski jalan yang ditempuh melampaui keluhuran.
Seorang buruh tani, pagi-pagi sudah mempersiapkan segala kebutuhan bekerja. Tugasnya, sesuai dengan permintaan dari sang pemilik lahan, majikan. Majikan kadang meminta untuk menanam padi, membersihkan rumput hingga mengangkut pupuk kandang ke ladang.
Setelah sampai di lahan pertanian, sang buruh tani tidak langsung istirahat. Pupuk kandang yang dipangku di pinggul dengan tertatih-tatih itu, harus ditabur ke lahan pertanian. Mulai dari pagi hingga sore dia tak berhenti bekerja. Menaburkan pupuk itu dengan telaten hingga tuntas. Dia hanya istirahat beberapa menit saja. Termasuk ketika waktu shalat, dia dibolehkan istirahat sejenak.
Mungkin saja, waktu istirahatnya sang buruh ini nyaris sama sebentarnya dengan orang shalat. Ketika selesai sujud dan akan berdiri lagi, Mushalli diperkenankan duduk istirohah. Iya, cukup sebentar. 
Namun, dengan penuh sabar, sang buruh tani ini bekerja. Seakan lahan itu, adalah milik dia. Dia dengan tertatih-tatih bekerja di ladang milik tetangganya. Dia tak mempedulikan bahwa ongkos yang akan diterima nanti hanya Rp 10 hingga Rp 20 ribu. Itu pun kadang dihutang oleh sang pemilik lahan. Nunggu tanaman hingga panen.
Uang sekecil itu, dia akan peruntukkan menafkahi anak dan istri. Ongkos kecil dia tidak mempedulikan. Uang itu akan dibelikan beras untuk makan anak dan istri. Meski kecil, si buruh hanya berfikir, kewajiban menafkahi keluarga harus terpenuhi dari hasil keringat sendiri. Bukan dari hasil menjarah atau mengkorupsi.
Andaikan si buruh tani ini mau bekerja dengan lebih mudah, gampang mendapatkan uang, mudah mencari keuntungan, sebenarnya cukup menjadi pencopet atau maling. Bekerja tidak terlalu sulit tetapi kekayaan akan mudah didapat.
Saya kadang teringat dengan para pejabat negeri ini. Tak sedikit di antara mereka harus mendekam di penjara. Setelah namanya tenar dan terkenal se antero Indonesia. Kekayaan menumpuk seakan cukup tujuh turunan, tapi ternyata harus menikmati kekayaan itu di penjara.
Seorang pemimpin di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi bahkan negeri kebanyakan keturunan dari kiai, priyai hingga raden. Mereka sangat mengerti tentang jalan yang benar dan salah. Jalan ke samping hingga jalan serong. Ketika menjadi pejabat dan namanya tenar, dia sangat dihormati dan disegani. Sebagai pemimpin dia menjadi sangat terkenal dan budi pekertinya dianggap sangat luhur.
Titah dan perintahnya dianggap sebagai kebaikan. Ketika ada kesalahan, hanya dianggap sebagai khilaf dan cukup minta maaf. Namun, ketika lepas dari jabatan yang dipangku. Kekayaan hasil ngemplang uang rakyat tidak lagi menjadi mulia. Lalu dimanakah sebenarnya letak keluhuran dan kebaikan itu? Ada pada kekayaan harta hasil dari menjarah uang rakyat atau pada kejujuran nurani? Semua menjadi absurd.
Suatu ketika, saya berdiskusi dengan soerang teman. Berdiskusi tentang kemuliaan dan kejujuran. Kata teman saya ini, ”Pejabat negara harus memiliki kejujuran dan mengayomi semua kepentingan masyarakat. Pejabat negara tidak boleh ngemplang uang rakyat. Jika gaji kecil, jangan sampai menjarah uang rakyat,” katanya dengan berapi-apai.
”Kekayaan adalah tuntutun mereka. Jika mereka tidak kaya, khawatir dikucilkan oleh rakyat. Sehingga kejujuran mereka gadaikan. Bahkan, andaikan mereka tidak digaji, tidak akan mau menjadi pejabat negara. Tidak mau melamar menjadi pegawai negeri sipil,” kata saya.
”Betul sekali. Tetapi dalam tugas mereka ada nilai pengabdian. Mereka mengabdi untuk bangsa ini. Jika sewaktu-waktu berbohong tetapi demi kebaikan adalah boleh. Pejabat negara adalah jabatan mulia. Ada nilai pengabdian dan ada nilai perjuangan untuk menafkahi anak istri” timpal teman saya tadi.   
”Iya, pekerjaan mereka sangat mulia. Jika tujuan hidup adalah untuk mengabdi, maukah anda menjadi buruh tani? Buruh tani mengabdi kepada Ilahi. Tuhan pencipta alam dan isinya. Pekerjaan mereka sangat mulia di mata Allah untuk menafkahi anak dan istri. Lalu, siapa yang lebih mulia antara buruh tani yang tidak kaya, muka keriput, keringat membasahi sekujur tubuh dibandingkan dengan pejabat negara yang kaya raya dari hasil  menjarah uang rakyat, berbaju necis, sepatu mengkilap? ” kata saya.
Semua menjadi hening. Diam membisu. Diskusi menjadi beku. Seakan berada di dalam kulkas. Tidak ada yang bicara. Mereka seakan tak berkehendak menjadi buruh tani.
Kita seringkali meremehkan tukang bakso, penjual kacang keliling yang tiap malam mengelilingi kampung, penjual rujak keliling, penjual pentol, penjual es keliling. Kita sering kali melupakan mereka padahal mereka hanya mencari untung Rp 500 hingga 1000 rupiah untuk menafkahi anak istrinya.  
Bahkan, kadang kita dengan mudah menggusur Pedagang Kaki Lima (PKL) atas nama undang-undang hingga anak tukang bakso asal Sampang meninggal dunia karena ditumpahi air bakso saat bertengkar dengan petugas beberapa tahun silam di Surabaya.
Hormat menghormati dalam perbedaan usaha menjadi sulit ditemukan. Sebab dituntut dengan kekayaan. Kapitalisme sudah masuk ke semua ranah. Sehingga, ingin memperoleh kekayaan dengan cara mudah dan gampang. Tak mau susah dan tak mau dengan kesulitan. Semua ingin serba instan.
Allah berfirman dalam Al-Quran bahwa ”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Alam Nasyroh: 5-6).
Inilah kemudian, Saya berfikir bahwa pekerjaan si buruh tani sangat mulia di mata Allah SWT. Sebab, dia tidak hanya untuk mencari kesenangan dan kekayaan harta semata demi kepentingan diri sendiri. Dia mencari nafkah untuk anak istri.
Memang sangat jarang pemuda sekarang bercita-cita mencari kemuliaan. Mereka lebih suka mencari kekayaan dengan mudah dibandingkan dengan kemuliaan dan keluhuran budi. Harta adalah hal utama dengan cara apapun.
Mereka tidak mencintai pekerjaan ini dengan alasan kuat bahwa orang yang hanya mencari kemuliaan tidak akan mendapatkan kekayaan. Kemiskinan akan rawan kekufuran, sesuai dengan pesan Nabi. Padahal, mungkin mereka lupa, bahwa kekayaan bisa membuat orang lupa diri. Sombong dan dengki jika benteng diri lemah apalagi kekayaan dari hasil mengkorupsi. (*)
OLEH BUSRI TOHA


KOMENTAR

banner Selamat Datang di busritoha.blogspot.com semoga bermanfaat
Nama

ARTIKEL,13,Catatan Harian,10,Cerita,6,JENDELA,33,lucu,3,News,11,OPINI,34,
ltr
item
Busri Toha: Kemuliaan Buruh Tani
Kemuliaan Buruh Tani
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxsjfHyDMhs2JRKAmbx5a9oiXG090C5-LnwitkFyENJmoO3k9T5HB9KTTLP_7sd0H4HoHDGbYD3ZUAyZvPRTjPZKd77JCHQXzprZbYoQIIrYElpmN41ccS3YPXL0A8Eql7uEJ0XrwvCpM/s1600/buruh-tani.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxsjfHyDMhs2JRKAmbx5a9oiXG090C5-LnwitkFyENJmoO3k9T5HB9KTTLP_7sd0H4HoHDGbYD3ZUAyZvPRTjPZKd77JCHQXzprZbYoQIIrYElpmN41ccS3YPXL0A8Eql7uEJ0XrwvCpM/s72-c/buruh-tani.jpg
Busri Toha
http://busritoha.blogspot.com/2014/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://busritoha.blogspot.com/
http://busritoha.blogspot.com/
http://busritoha.blogspot.com/2014/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
true
8564605806601913725
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Selengkapnya Balas Cancel reply Hapus Oleh Beranda Halaman Postingan View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE CARI ALL POSTS Not found any post match with your request KEMBALI KE BERANDA Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy