body { font: normal normal 12px 'Roboto', sans-serif; color: #000000; background: #FFF none repeat scroll top left; } .header-button { display: block; height: 60px; line-height: 60px; background: #010048; }

Mencumbu Peralihan

TANPA terasa, hari telah berganti bulan, bulan berganti tahun dan tahun berganti abad begitu seterusnya. Waktu terus berjalan sesuai d...



TANPA terasa, hari telah berganti bulan, bulan berganti tahun dan tahun berganti abad begitu seterusnya. Waktu terus berjalan sesuai dengan garis edarnya tanpa menghiraukan prilaku manusia yang tidak bisa lepas dari ruang dan waktu. Apakah yang dilakukan manusia telah sesuai dengan ketentuan Islam, kemanusiaan, dan aturan, waktu tidak bertanggung jawab. Ia terus mengalir tak terbatas dan tanpa mempedulikannya.
Dengan bergantinya waktu itu, menjadi indikasi bahwa umur semakin berkurang. Ajal semakin mendekat. Padahal, amal ibadah untuk meningkatkan ketaqwaan dan mengutkan keberimanan kepada Allah sebagai investasi diri di akhirat kelak, belum sempurna. Masih terdapat banyak ”lubang” menganga penuh kekurangan dan dosa. Tugas dan pekerjaan masih banyak tak dikerjakan. Sedangkan karunia Allah terus mengalir deras tiada henti. Seperti sinar matahari yang menyinari bumi tanpa bosan.
Rasanya terlalu sombong dan terlalu dini bila manusia mengaku sebagai hamba Allah paling bertaqwa dan paling mensyukuri karunia-Nya yang tak terhingga. Terlalu sombong jika ada hamba Tuhan telah mengaku sempurna, tak mau berbenah dan tak mau belajar.
Kita barangkali  terlalu ”gila” dunia, jarang –untuk tidak mengatakan tidak ada — yang mencintai akhirat. Terbukti, berbagai kesibukan demi kepentingan dunia seperti kesibukan di ruang kerja, kantor, ladang dan tempat lain selalu dinomor satukan dibandingkan dengan kepentingan akhirat yang lebih kekal.
Ketika muadzin mengumandangkan adzan sebagai tanda masuknya waktu Shalat misalnya, kita belum bisa dengan segera melaksanakannya, masih menunda sampai selesainya pekerjaan yang sedang digarap. Yang lebih parah, seringkali umat Nabi Muhammad yang lemah iman, mencari-cari alasan rasional untuk tidak melaksanakan shalat. Bahkan kalaupun melaksanakannya, dikerjakan dengan terburu-buru seakan dikejar waktu. Padahal shalat merupakan tiang agama. Shalat adalah ruh ajaran Islam.
Maka dengan datang tahun baru hijriyah yang baru beberapa waktu lalu, diharapkan menjadi semangat baru untuk lebih mengokohkan dan meningkatkan keberimanan kepada Allah. Pada tahun baru hijriyah, umat muslim juga dapat menelaah sejarah hijrahnya Rasulullah SAW. dari kota Makkah menuju kota Madinah (al-madinah al-nabi). Spirit yang terkandung dalam peristiwa hijrah yang sangat sakral itu tidak hanya kepindahan Rasulullah menuju Madinah, tetapi mengandung semangat perjuangan melawan nafsu setan, dan setiap muslim harus ”hijrah” dari kehidupan maksiat yang melemahkan keberimanan kepada Allah menuju kehidupan yang dapat meningkatkan ketaqwaan pada sang khaliq.
Dengan demikian, bila pada waktu-waktu sebelumnya seringkali melakukan perbuatan yang tidak diridhai-Nya serta berulang kali melanggar ketenntuan Allah, maka selayaknya bertaubat dengan sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan mengulanginya kembali pada masa mendatang (taubatan nasuha). Sebab, manusia tidak dapat mengetahui dengan pasti kapan nyawa akan dicabut Malaikat Maut. Apakah besok, lusa, bulan depan, tahun mendatang atau bahkan sebentar lagi, tidak ada yang mengetahuinya. Dalam al-Quran disebutkan bahwa jika datang ajal mereka maka tidak ada yang bisa memundurkan atau memajukan ajal itu. Dan Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya.
Tidak satupun makhluk di dunia yang dapat mengelak dari janji-Nya. Setiap hamba Allah pasti akan mengalami mati. Tidak ada makhluk yang kekal hidup di dunia. Setiap sesuatu yang selain Allah adalah baru, dan tidak ada keabadian bagi yang baru. Kekelan dan keabadian hanya milik Allah, Tuhan sang pencipta. Manusia dan makhluk lain hanya numpang sementara pada ”kendaraan” bernama dunia. Sebagai penumpang, tentu tidak selayaknya bersikap sombong dan ego diri, karena penumpang tidak mempunyai hak untuk memiliki kendaraan yang ditumpanginya. Dan penumpang bertugas ”membayar ongkos” kendaraan dunia, yakni dengan beriman dan bertaqwa kepada sang pemilik kendaraan, yakni Allah penguasa dan pemilik alam dan seisinya. Untuk itu, segera bertaubat, jangan menunda waktu. Pekerjaan menunda-nunda adalah perbuatan setan.
Selain itu, peristiwa perpindahan Rasulullah SAW dari Makkah menuju kota Madinah yang menjadi awal lahirnya tahun hijriyah, terdapat pula peristiwa maha dahsyat yakni turunya al-Quran. Kitab suci umat Islam. Al-Quran sebagai kalam Allah, selain berisi tuntunan kehidupan sosial, berkeluarga dan bermasyarakat, dalam al-Quran terdapat pula ajaran mengenai keberimanan dan ketaqwaan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Berbagai tuntunan yang termaktub dalam kitab suci al-Quran tidak hanya untuk dijadikan sebagai bentuk ajaran yang hanya terlihat dan dibaca pada mushaf, namun harus diejawantahkan dalam kehidupan nyata. yakni kehidupan sehari-hari, baik dalam berdealektika dengan lingkungan maupun dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Menerjemahkan intisari yang terkandung dalam al-Quran dalam kehidupan riil akan menjadi investasi diri yang sangat berharga menuju kehidupan yang lebih kekal di akhirat kelak.
Ragam serapan nurani itu sebagai bekal evaluasi diri, evaluasi sikap, laku, kinerja atau perusahaan sekalipun. Peraturan boleh jadi meluruskan kesemrawutan, tapi melulu tidak seimbang. Antara pemilik modal, manajemen, dan karyawan misalnya, harus ada kesinambungan sosial dan kesalingan. Bos, tak selayaknya berlaku bos, dan karyawan tak sepatutnya memanjakan bos. Karena strukturalitas keduniawian justru melimbungkan etika kehambaan.
Penting kiranya kita pahami laku sufisme dalam perusahaan, meski kita berangkat dari normalitas alam yang kita bentuk sendiri, agar tidak terjerumus pada kebekuan, kerakusan materi atau keuntungan perusahaan semata. Keuntungan perusahaan bisa jadi memperkaya beberapa orang, tapi jika kesejahteraan karyawan menjadi prinsip utama berarti konsep Nabi tentang kemanusiaan dan kesederhanan hidup telah menjadi pedoman.
Ya, evaluasi kerja sudah biasa di setiap perusahaan, mainstream yang angkuh, tapi evaluasi hati dan pembersihan nurani lebih penting dari kinerja itu sendiri. Saya berharap ada perusahaan yang mampu mempelajari nuraninya, mendedah sikap angkuh dan meludahi strategi politik yang, walau bagaimana pun, selalu abu-abu. (*)


KOMENTAR

banner Selamat Datang di busritoha.blogspot.com semoga bermanfaat
Nama

ARTIKEL,13,Catatan Harian,10,Cerita,6,JENDELA,33,lucu,3,News,11,OPINI,34,
ltr
item
Busri Toha: Mencumbu Peralihan
Mencumbu Peralihan
Busri Toha
http://busritoha.blogspot.com/2014/03/mencumbu-peralihan.html
http://busritoha.blogspot.com/
http://busritoha.blogspot.com/
http://busritoha.blogspot.com/2014/03/mencumbu-peralihan.html
true
8564605806601913725
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Selengkapnya Balas Cancel reply Hapus Oleh Beranda Halaman Postingan View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE CARI ALL POSTS Not found any post match with your request KEMBALI KE BERANDA Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy